sumber : google |
Setelah berbagai macam cara aku
berusaha untuk merayu Tuhan, nyatanya Ia tak kunjung luluh. Aku bertanya-tanya,
apa yang salah? Apakah ada yang tak sesuai kehendak-Nya? Apakah aku nampak
kurang bersungguh-sungguh merayu-Nya? Ah, lantas apalagi yang harus kulakukan? Aku
lelah! Tidakkah Kau ingat akan apa yang aku lakukan pada mereka?
Saat itu, tepat saat aku keluar
dari mini market seusai membeli roti dan susu untuk sarapan, aku melihat
seorang wanita paruh baya disudut
pelataran mini market. Bajunya nampak lusuh. Entah sudah berapa lama ia tak menggantinya.
Kulitnya hitam legam pertanda ia bersahabat dengan terik matahari. Ia tak
menggunakan alas kaki hingga hitam yang nampak pada jemari kukunya. Aku hanya berjarak
beberapa langkah dari wanita paruh baya itu. Aku terdiam sesaat
memperhatikannya. Kupandang belanjaan yang kutenteng. Apakah aku benar-benar
membutuhkannya? Dengan cepat aku melangkahkan kaki mendekati wanita itu dan
memberikannya kepada sang nenek sambil berdoa dalam hati. Tak lupa kuselipkan
beberapa lembar uang. Ia tersenyum penuh haru memandangku. Aku pun berlalu.
Kuinjak pedal rem dan menggeser
persneling pada gigi netral. Kuraih ponsel yang tadi kuletakkan di kursi
penumpang sebelahku. Aku membuka platform media sosial. Instagram. Wih, dimana nih kayaknya tempatnya enak deh.
Seorang teman mengupload foto ia sedang makan siang di sebuh kafe kekinian di
salah satu sudut kota. Disaat yang sama, seorang bocah laki-laki berusia
sekitar 8 tahunan mengetuk jendelaku. Padanganku teralihkan padanya. Kuperhatikan
wajahnya memelas. Tangannya menengadah mengharap belas kasih. Belum makan 3 hari mbak. Kasihan. Ucapnya
entah sesuai dengan keadaannya atau hanya membual. Sekilas kulirik lagi foto
makanan pada ponselku. Aku menarik beberapa lembar uang dari dompet. Kubuka jendelaku
dan kuberikan padanya sambil berdoa dalam hati.
Aku melambaikan tangan pada
temanku yang memasuki mobilnya dan berlalu. Aku mendengus mengingat harus
berjalan kaki cukup jauh menuju tempat aku memarkir mobil. Seandainya saja mall
sore ini tak sepadat ini, aku pasti mendapatkan tempat parkir didalam gedung. Ah, tak apalah hitung-hitung jalan-jalan
sore. Kataku menghibur diri sendiri. Baru beberapa meter keluar gedung
mall, aku mendapati seorang kakek yang berjualan mainan anak-anak. Aku memperlambat
langkahku sambil memperhatikan kakek itu. Hari
gini, mana ada anak kecil yang mau mainan kayak gitu. Yang ada mah mainan
tablet. Kakek itu berusaha menawarkan dagangannya kepada seorang bocah
laki-laki. Jangankan menoleh, kehadiran sang kakek pun mungkin bocah itu tak
tahu. Bocah itu sedang asyik menatap layar ponsel yang ia genggam. Entah milikya
atau milik orang tuanya. Aku mempercepat langkahku mendekati kakek itu.
tersenyum dan mengatakan sesuatu pada sang kakek. Tak lupa aku berdoa didalam
hati. Kakek itu sungguh senang bukan main.
Saat sedang terjebak mancet
sepert ini, seringkali aku berandai-andai dengan imajinasiku. Seandainya saja kota ini nggak macet. Nggak berpolusi.
Banyak pohonnya. Orang-orang pada jalan kaki kemana-mana. Dan masih banyak
lagi seandainya yang lain. Aku memperhatikan jalan raya yang sedang kulintasi
ini. Jalan arteri yang sangat amat padat di setiap waktunya., terutama malam
ini. Mungkin hanya senggang di tengah malam. Terdiri dari 4 lajur termasuk 1
lajur sepeda. Mataku terhenti kepada seorang gadis remaja didepanku. Dia terlihat
kebingungan menatap sepeda motornya. Aku memutuskan untuk turun dan bertanya
padanya. Ia kehabisan bensin. Seketika aku ingat pernah menonton video di
youtube bagaimana cara mengambil bensin dari tangki mobil. Kulakukan hal yang
sama dibantu seorang tukang parkir. Kupindahkan dalam botol dan menuangkannya
pada tangki motor gadis itu. sekali lagi ia mencoba menyalakn motornya. Berhasil.
Ia nampak lega bukan main dan berterima kasih kepadaku. Kuberikan beberapa uang
takut ia kembali kehabisan bensin karna perjalanannya cukup jauh. aku mengucap
doa dalam hati dan kembali masuk kedalam mobil.
Oh, jadi begitu? Kamu berusaha
untuk menipu Tuhan? Kamu pikir, Tuhan tak tahu jika disetiap perbuatanmu itu
kau lakukan dengan terpaksa? Berlagak ikhlas padahal mengharap kembali.
Seketika aku tersentak mendengar
kata-kata yang menggema dalam kepalaku.
Baca cerita lainnya di sini 😁
Post a Comment