Aku hampir lupa, aku pernah memiliki impian. Sebuah mimpi sederhana yang selalu kupanjatlan sembari sembahyang.
Aku lupa, aku pernah bahagia. Terrawa lepas dengan beberapa orang terdekat. Menggenggam dunia bersama.
Aku lupa, aku tidak pernah menangis. Karna yang kutahu dan kurasa kala itu hanyalah bahagia. Mencintai dan dicintai.
Aku lupa, aku tidak pernah marah. Karena rasanya wajar saat seseorang berbuat salah. Pun aku.
Aku lupa, aku mudah sekali bersenandung. Seakan dumia memang tempat yang menyenangkan nan indah.
Aku lupa, aku mudah tersenyum. Pun dengan orang asing yang mama larang. Karena itulah yang mengawali sebuah pertemanan.
Dan aku lupa, sejak saat itu aku tlah mati rasa.
(Koridor-Surabaya, 29 maret 2018)
Post a Comment