Moment lebaran emang salah satu moment
yang paling menyenangkan. Kita bisa kumpul saama semua keluarga besar yang ada.
Bertemu dengan mereka yang jarang sekali kita temui. Om, tante keponakan, termasuk
saudara kandung semdiri yang studi di luar kota atau bahkan luar negeri
misalnya. Setahun sekali melewati kebersamaan.
Kalo kebiasaan di keluargaku,
kita kumpul di satu rumah. Rumah sesepuh. Jadi nggak keliling dari rumah satu
ke rumah yang lainnya. Dan ini menurutku emang lebih enak daripada harus
keliling hehe. Disisi yang lain, setauku semakin jauh jarak yang kita tempuh
untuk berkunjung itu merupakan pahala tersendiri di bulan syawal (wallahualam).
Lebaran merupakan salah satu moment
sakral tahunan umat muslim selain menikah (lho?). lebaran identik dengan
kebahagiaan hati baru dan saling memaafkan. Aku rasa nggak semua orang bisa
langsung mendapatkan hati yang baru di hari pertama lebaran. Antri kali ya hehe.
Bisa jadi hari kedua atau ketiga atau bahkan seminggu setelahnya. Karena toh
kita butuh waktu buat flashback kehidupan kita ke belakang. Dan bener-bener
merenunginya lantas berusaha berdamai dengan orang sekitar beserta keadaan yang
ada.
Memaafkan memang bukan hal yang
mudah. Termasuk memaafkan diri sendiri. Kecerobohan-kecerobohan selama satu
tahun kebelakang atau lebih terhadap orang lain kerap menghampiri. Penyesalan memang
selalu datang terlambat bukan? Bahkan bisa jadi penyesalan baru bisa dimaafkan
beberapa tahun setelahnya. Memang tidak mudah. Itu semua membutuhkan proses.
Makin lama, aku rasa untuk
melewati lebaran dengan sepenuh hati merupakan hal yang sulit. Karena, ya makin
banyak hal yang kita lalui. Makin banyak dosa yang kita perbuat dengan orang
lain. Dan untuk menyadari kesalahan itu butuh hidayah extra hehe. Belum lagi terkadang ego yang membumbung
semakin tinggi beriringan dengan bertambhanya usia. Seperti serasa enggan untuk
meminta maaf terlebih dahulu. Lagi-lagi ini memang bukan hal yang mudah. Menjadi
orang pertama yang meminta maaf terlebih dahulu meskipun kita tidak bersalah. Walaupun
pasti rasanya lega saat berjabat tangan dan mengatakan maaf. Sebesar apa
keberanianmu untuk berlaku demikian?
Kata maaf juga bukan angin lalu
belaka. Mengucapkannya juga perlu hati yang ikhlas. Jika tidak, itu akan
terdengar seperti basa-basi saja. Semakin kesini aku juga semakin sadar. Bahwa mengirimkan
pesan maaf tidak perlu kesemua orang yang ada di kontak kita. Cukup mereka yang
intens aku hubungi atau yang aku ingat aku ada salah dengan mereka. Bagiku sih
hehe. Toh buat apa aku mengirimkan pesan kepada orang yang beberapa tahun tdk
pernah aku hubungi. Sepuluh tahun misalnya. Beda lagi kalo niatnya untuk
menjalin silahturahmi ya hehe.
Jadi, sudah plong belum hatinya?
Post a Comment