Judul : Sheila. Luka
Hati Seorang Gadis Kecil
Halaman : 475
halaman
Penulis : Torey
Hayden
Buku ini menceritakan mengenai seorang
anak perempuan berusia 6,5 tahun yang cantik dan sangat pintar. Tapi, sayangnya
dia mengalami gangguan emosional. Sering banget bikin ulah sampai-sampai jadi
perhatian dinas sosial. Nggak Cuma sekali dua kali aja dia berulah. Sebentar
aja dia nggak diawasi, pasti ada aja keributan yang ditimbulkan gadis kecil
ini.
Kejadian luar biasa yang terakhir dia
lakukan adalah menculik seorang anak laki-laki berusia 4 tahun, mengikatnya di
pohon, dan membakarnya. Untungnya, nggak sampai meninggal. Kejadian itu bikin
Sheila tenar seketika. Dan dianggap terror bagi para orang tua. Alhasil, dia
pun di keluarkan dari sekolahnya dan dinas sosial berencana memasukkannya ke
rumah sakit negara (sejenis rumah sakit jiwa). Tapi berhubung rumah sakit
negara penuh, dia di tempatkan untuk sementara di sekolah luar biasa tempat
Torey Hayden mengabdi hingga ada tempat yang tersedia di rumah sakit negara. Iya,
ini based on true story emang. Di sekolah ini, bisa dibilang Sheila lah
satu-satunya murid yang ‘normal’.
Bagi Torey, Sheila adalah anak yang mudah
untuk disayangi. Gimana nggak, dia cantik dan pintar. Berulang kali Torey dan
Allan (psikiater teman Torey) mengetes IQ Sheila. Dan hasilnya sangat amat
mengejutkan. Ia memiliki IQ genius.
Berada di sekolah luar biasa nggak membuat
Sheila jera. Ia juga sempat memporak porandakan ruang kelas guru lain. Hingga membuat
kepala sekolah jengah dan ingin sesegera mungkin memindahkannya ke rumah sakit
negara. Mr Collins tak dapat menahan diri untuk tidak mencambuknya. Hingga membuat
Torey mau tak mau berlutut menyaksikan Sheila dicambuk didepan matanya.
Sheila bertingkah laku begitu bukan tanpa
alasan. Ibunya mendorongnya dari mobil dan meninggalkannya dijalan raya saat
berusia 4 tahun. Setelah kejadian itu Sheila tinggal bersama ayahnya yang
pemabuk. Ayahnya seringkali memukuli Sheila saat dia berbuat salah. Tapi toh
ayahnya sayang juga sama dia. Menyanyangi dengan cara yang salah bagiku. Bisa
dibilang ayahnya juga stres karna ditinggal istrinya dan anak keduanya.
kehidupan keluarga Sheila sangat amat pas-pasan. Hmm bahkan memprihatinkan.
Mereka tinggal di gubuk kecil di perkampungan migran.
Yang bikin emosianal pas baca novel ini
adalah, Sheila pernah mengalami sexual harassment dengan pamannya sebagai
pelaku. Sangat amat nggak habis pikir sebenernya. Gimana bisa ada seorang paman
yang tega melakukan hal bejat semacam itu dengan keponakannya? Bahkan menggunakan
pisau hingga membuat Sheila berdarah-darah. Untungnya Torey langsung tahu
karena melihat Sheila tiba disekolah dengan gelagat yang aneh. Ia tak menggunakan
gaun kesayangannya, melainkan kaos terusannya yang usang. Wajahnya pucat dan ia
menjadi pendiam seketika. Berkali-kali pergi ke kamar mandi membuat Torey
penasaran. Mungkin ia sakit. Tetapi betapa terkejutnya Torey melihat Sheila
berdarah. Torey langsung membawanya ke rumah sakit dan melaporkan kejadian itu.
Dan saat itu juga Pamannya masuk penjara lagi.
Overall, buku ini bagus banget nget nget.
Sangat emosional waktu baca. Karna emang ceritanya menyayat sekali. Nggak bisa
bayangin gimana rasanya jadi Sheila. Tekanan batin yang dia alami nggak
main-main. Ditelantarin ibunya, dipukuli ayahnya. Nggak heran kalo dia jadi
nggak gampang percaya sama orang. Semua kejadian membawa hikmah tersendiri. Ia tumbuh
menjadi gadis yang kuat. Nggak cengeng. Bahkan dia nggak pernah menangis sama
sekali, baginya menangis menurunkan harga dirinya.
Tetapi, semenjak ketemu Torey, dia jadi
lebih hidup. Karena Torey mengajar dengan hati. Torey membuat Sheila merasakan
kasih sayang yang ia dambakan selama ini. Tidak seperti guru-guru Sheila yang
lain yang hanya mengajar demi profesi. Tetapi, justru karena dengan hati ini
membuat Torey dan Sheila sama-sama sulit saat berpisah. Banyak pelajaran yang
bisa diambil dari buku ini. Bagaimana menganggap mereka (anak-anak dengan
gangguan mental) tidak gila, mereka sama seperti anak kebanyakan. Hanya saja
mengalami sedikit gangguan. Dan sedihnya gangguan itu disebabkan oleh
orang sekitarnya. Karena kebanyakan dari mereka mengalami trauma semasa kecil. Banyak orang yang nggak bisa punya anak dan berharap punya anak. Tetapi, banyak juga mereka yang punya anak malah menyianyiakan anak mereka. Aku harap nggak ada sheila-sheila yang lainnya. Aamiin.
Post a Comment