Lagi-lagi perasaan itu muncul ke permukaan. Selayaknya orang
terpenjara, bahkan untuk bernafas lega pun aku tak bisa. Sesak yang ada. Dan lagi-lagi,
keraguan itu muncul. Menghampiri hati. Mungkin, ini konspirasi yang dilakukan
hati dan logika terhadapku. Tinggalkan! Begitu kata hati. Tapi, tak sepenuhnya.
Nyatanya ada sebagian kecil hati yang ingin untuk tetap tinggal. Perlahan otak
pun ikut bersuara. Tidak kah kamu ingat berapa waktu yang kau punya? Aku tak
sanggup untuk menjawab. Otak menjabarkan panjang lebar waktu yang tlah kutempuh
dan kira-kira sisa waktu yang aku punya. Ia juga mengingatkan untuk tak
melakukan hal yang sama seperti yang tlah aku lakukan di masa lampau.
Mengenai asa. Aku bahkan tak berani untuk sekedar bermimpi. Bayang-bayang
hitam itu selalu saja menghampiri. Setiap kali aku ingin untuk melangkah
menggapainya, bayangan itu selalu saja muncul. Segores senyum yang selalu ingin
aku ukir diwajahnya. Bahkan, mungkin menjadi alasan aku untuk tetap bertahan. Antara
cita dan realita. Selalu ada hati yang dikorbankan.
Post a Comment