Malam ini aku sedang duduk tenang
ditempat favoritku. Aku ingin berbagi denganmu sedikit mengenai apa yang aku
rasakan. Hari ini aku memutuskan untuk meletakkan hatiku sejenak. Kukeluarkan
pula pikiranku dari bingkainya.
Membebaskan ia merenggangkan ototnya yang kaku. Memberikan ia oksigen setelah
sepekan penuh, bahkan lebih, berkutat dengan banyak hal tanpa henti. Sempat ia
mengeluh tertahan meronta untuk beristirahat sejenak kemarin. Kukatakan,
sebentar lagi. Ia pun mengesampingkan lelahnya dan kembali lagi dengan banyak
hal.
Seorang diri dalam sekumpulan benda
mati. Seakaan aku memonopoli posisiku di dalam ruangan 4x4 ini. Kupejamkan kedua
mataku. Ada yang bilang, adakalanya mata kita berhenti beraktifitas. Tidak
dengan telinga kita yang selalu siaga 24 jam. Bukankah kamu pernah terbangun
karena mendengar keributan di luar kamarmu? Bukannya saat itu matamu terpejam?
Lantas apa yang membuatmu terbangun? Telingamu. Ia tak pernah tidur. Pun kamu
menutup telingamu, ia masih akan mampu memberikanmu informasi. Aku berusaha
mendengarkan suara-suara disekelilingku. Malam ini begitu senyap sampai-sampai
aku mampu mendengarkan suara televisi tetangga. Bukannya ini sinetron yang sedang digandrungi masyarakat kini? Yang
pemainnya lelaki muda dengan paras rupawan itukan? Aku berpindah fokus.
Terdengar suara air keran kamar mandi yang penuh. Siapa sih yang tadi memakai kamar mandinya? Selalu saja tidak ditutup
lagi keran airnya. Pada nggak tau apa air bersih lagi langkah. Gerutuku
pada diri sendiri. Kemudian aku berpindah pada suara getaran ponsel penghuni
kos di lantai atas. Kayaknya hpnya Mbak
Irma deh. Soalnya kedengerannya dikamar atasku persis. Pasti telpon dari Mas
Rahman deh.
Asik mendengarkan lingkunganku, aku
melupakan satu hal. Mengapa aku tak bisa mendengarkan suara hatiku sendiri?
Post a Comment