Suatu hari Ki Woo kedatangan
teman lamanya, Min, di rumah basementnya. Min menawarkan sebuah pekerjaan
menjadi guru les bahasa inggris seorang gadis kaya. Merasa hidup di bawah garis
kemiskinan, tanpa pikir panjang Ki Woo menerima tawaran itu. Keluarga Ki Woo
memang sedang membutuhkan uang. Ayahnya, Kim Ki Taek, tidak bekerja. Ibunya,
Choong Sook, melayani jasa lipat kardus makanan. Tapi, upahnya tidaklah
seberapa. Adik perempuannya, Ki Jeong, seharusnya mengambil kursus. Tapi karena
tidak mampu membayar biaya kursus yang mahal, akhirnya ia pun hanya di rumah. Mereka
semua membutuhkan pekerjaan demi menyambung hidup.
Keesokan paginya, Ki Woo
mendatangi rumah gadis itu. Ia terkagum-kagum melihat rumah besar yang ia
masuki dengan halaman yang luas dan desain yang indah. Sebuah rumah impian. Setelah
diterima, Ki Woo merekomendasikan keluarganya untuk bekerja di rumah itu. Tentunya
dengan berbagai cara. Salah satunya adalah menipu nyonya pemilik rumah.
Suatu malam saat pemilik rumah
sedang berkemah untuk beberapa hari, Ki Woo dan keluarganya memanfaatkan momen
itu dengan bercengkrama di ruang tamu rumah besar dengan minum sake. Tentunya tanpa sepengetahuan
pemilik rumah. Mereka berlaga seolah-olah itu adalah rumah mereka sendiri. Tengah
malam saat hujan deras, tiba-tiba asisten rumah tangga yang lama datang
berkunjung. Saat itulah konflik berdatangan.
Di menit pertama kita akan disuguhi
komedi-komedi ringan yang membuat kita cukup terhibur sambil mengenal beberapa tokoh dan karakternya. Meski berdurasi 2 jam, film ini tidak terasa
membosankan karena alurnya yang membuat kita penasaran. Atau lebih tepatnya
mengejutkan.
Film yang disutradarai oleh Bong
Joon Ho ini mengangkat isu sosial yang banyak kita jumpai. Perbedaan orang kaya
dan miskin. Dari sudut pengambilan gambarnya menunjukkan secara halus kontrasnya
posisi orang kaya dan miskin. Orang kaya di gambarkan memiliki rumah di atas. Jadi,
jika kita ingin berkunjung kesana maka kita harus menaiki tangga yang tinggi
dan jalanan yang panjang. Begitupula sebaliknya.
Baca juga: Naik Perahu di Wisata Mangrove Gunung Anyar
Hal yang dilakukan oleh keluarga
Ki Woo pun seperti sindiran bagi kita. Menghalalkan segala cara hingga
berbohong dan mengusir orang lain demi mendapatkan pekerjaan. Tanpa peduli
bagaimana keadaan orang tersebut setelah itu. Seolah keegoisan menguasai hati
dan pikiran mereka saat melihat kelemahan orang lain. Sayangnya berbohong tetaplah
tindakan kriminal yang memiliki resikonya sendiri. Dibalik itu semua, ada hal
yang disembunyikan oleh asisten rumah tangga yang lama di basement rumah besar.
Hal yang memulai konflik sesama asisten rumah tangga. Orang yang sama-sama
butuh uang dan pekerjaan.
Selain memanjakan visual agar
tidak nampak monoton, sinematografi yang epic membuat film ini dapat menyampaikan
banyak makna tanpa dialog. Pesan-pesan tersiratkan dengan jelas melalui pengambilan
gambar jarak dekat. Didukung dengan ekspresi pemain yang baik tidak heran film
ini memenangkan penghargaan festival film Cannes. Yang paling aku suka adalah pengambilan gambarnya secara flatlays dibeberapa bagian.
Baca juga: Review Skincare eBright Skin Sunscreen
Namun ada sedikit hal yang
membuat aku cukup bingung. Salah satunya adalah saat Ki Woo mendadak naik
gunung dan mengintip rumah besar menggunakan teropong. Padahal sebelumnya tidak
ada penjelasan apapun.
Meski begitu, secara keseluruhan
film ini memang bagus. Jadi, layak untuk menemani waktu senggangmu.
4 comments
Salam kenal ya
Kalo bagian ini, menurut q itu krn ki woo mau melihat keadaan ayahnya, mba...ayahnya kok ya pas kirim morse lwt lampu yg kedap kedip 😁