Setelah
pengalaman pertama saya mengikuti Kelas Inspirasi Lamongan, saya jadi tertarik
untuk mengikuti kegiatan ini di kota lainnya. Mungkin lebih tepatnya candu. Kali
ini saya mendaftar di Mojokerto sebagai, apalagi kalau bukan relawan
dokumentator hehe. Sebenarnya ingin mencoba menjadi relawan pengajar. Tapi,
rasanya saya masih perlu belajar memupuk rasa percaya diri. Karena bagi saya,
berdiri di depan kelas meski itu hanya anak sd, tetaplah tak mudah. Belum lagi
kita harus mampu menarik perhatian mereka agar tak berisik dan keluar kelas
heuh butuh tenaga extra hehe.
Kelas Inspirasi
Mojokerto 6 dilaksanakan tanggal 31 Agustus 2018 dan saya baru sempat nulisnya
sekarang hehe. Kemarin saya ke Mojokerto naik bus barengan sama teman kampus
yang kebetulan ikutan acara ini juga. Kami berangkat hari jumat tanggal 30 dari
Terminal Bungurasih sekitar pukul setengah 8 malam. Untungnya perjalanannya
nggak lama, hanya 1,5 jam saja. Karena kalo lama-lama sepertinya saya bakalan
muntah karena berdiri dan supirnya bener-bener ugal-ugalan.
Baca juga: Kangen Jadi Volunteer
Sesampainya di
Terminal Mojokerto pukul 9 malam, kami jalan kaki sebentar ke SPBU terdekat
yang jadi meeting point. Disana kami bertemu dengan fasilitator dan relawan
yang juga dari luar kota. Sambil menunggu teman yang lain, kami berkenalan dan
sedikit meluruskan kaki. Setelah rombongan komplit, kami berangkat ke balai
kelurahan yang jadi tempat berkumpul relawan sebelum dipisah ke SD yang sudah
ditentukan. Yap. Kami dibagi menjadi beberapa rombongan belajar (rombel). Saya
kebetulan dapat rombel SDN Kalikatir.
Waktu itu
tinggal saya dan 3 teman lainnya yang datang terakhir ke sd tempat kami.
Ternyata sekolahnya tidak begitu jauh dari balai kelurahan. Hanya 30 menit.
Jalan yang kami lewati cukup gelap. Karena minim penerangan jalan. Hanya
menggunakan lampu sein motor. Saya sempat sedikit was was karena melewati
kuburan hehe. Imajinasi saya sudah melayang-layang tak karuan. Saya berusaha
membunuh imajinasi yang tidak-tidak dengan bercakap dengan Kak Arie yang
membonceng saya.
Sesampainya di
sekolah, ternyata sudah berkumpul semua. Kami bertujuhbelas menginap di sekolah
ini. Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam lebih, tapi tangan kami masih sibuk
menggunting dan menempel atribut untuk adik-adik besok sambil bercerita
mengenai diri masing-masing. Sekitar satu jam setelahnya, acara menggunting
selesai dan kami terlelap. Tetapi, tidak semuanya. Ada beberapa teman yang
masih terjaga dan saling bertukar cerita. Cerita apalagi yang pas saat situasi
dan kondisi seperti ini kalau bukan cerita horror haha. Didukung cerita yang
sedang booming di media sosial, KKN di desa penari sebagai pemicunya topik ini.
Saya yang baru
saja menutup mata jadi tidak mengantuk dan memaksakan diri untuk tidur. Berharap
agar saya tidak perlu pergi ke kamar mandi malam-malam karena kamar mandi
sekolah ini lampunya mati. Keduanya pula haha kebetulan sekali bukan? Sialnya
saya malah ingin ke kamar mandi tapi saya tahan dan tetap memaksakan diri untuk
tidur. Untungnya berhasil.
Baca juga: Memanjakan Mata di Kebun Teh Wonosari Lawang
Saya terbangun jam
4 pagi karena alarm teman-teman begitu kencang dan berisik. Beberapa saat setelahnya
sebagian teman-teman bangun dan sholat. Ada yang sangat rajin langsung mandi. Dingin
begini saya mah ntaran saja mandinya. Saat saya dan seorang teman akan mandi,
ternyata airnya habis. Dan krannya mati. Bagus sekali. Alhasil kami pun
memutuskan untuk mandi di musholla terdekat. Tapi, sayang sekali mushollanya
tidak ada kamar mandi. Hanya tempat wudhu. Beruntung di dalam musholla ada
seorang bapak yang sedang mengaji dan bertanya pada kami. Beliau pun
memperbolehkan kamu menggunakan kamar mandi di rumahnya. Alhamdulillah masih
bisa bertemu dengan orang baik yang tidak dikenal. Mungkin wajah kami cukup
melas saat itu hihi.
Saat giliran
teman saya yang mandi, saya menunggu di teras rumah bapak itu. Asisten rumah
tangga bapak itu menyuguhi saya jajanan dan minuman. Sangat amat baik. Saya pun
mengobrol dengan bapak itu. Menjelaskan kegiatan yang akan kami lakukan pagi
ini di desanya. Bapak pun sangat senang dan mengapresiasi kegiatan kami. Tapi ada
yang disayangkan. Lagi-lagi pertanyaan yang sama muncul, mengapa hanya sehari? Aih
bapak, kalo kegiatannya seminggu masa iya kami harus ijin cuti seminggu? Gimana
nanti tanggapan pimpinan kami? Yang ada nanti kami di berikan surat cinta hehe.
Matahari mulai
nampak dan menghangatkan tubuh. Gelap perlahan hilang berganti dengan cahaya
terang. Adik-adik mulai berdatangan. Melirik-lirik malu pada kami sekumpulan
orang asing. Berlari-lari dihadapan kami mencari perhatian. Berbisik-bisik
dengan teman mereka sambil senyum-senyum sendiri.
Kegiatan di mulai
dengan tari Maumere. Mereka nampak bersemangat mengikuti Kak Rizal dan Kak Arie
sebagai koreografer. Setelah beberapa kata sambutan dan foto bersama mereka
masuk kelas masing-masing. Jangan tanya kenapa fotonya di awal acara. Karena supaya
kami kakak-kakak relawan masih pada kece di kamera. Alias belum pada
kumus-kumus hehe.
Saya masuk ke
kelas 1 bersama Kak Rizal dan Kak Abil. Di sekolah ini siswanya sudah cukup
banyak. Sekitar 150 anak. Berbeda dengan saat saya di Lamongan. Ada yang
siswanya hanya 3 anak dalam 1 kelas. Kak Rizal menjelaskan profesinya sebagai
programmer pada adik-adik. Mereka sangat bersemangat dan aktif dalam menimpali
perkataan Kak Rizal. Setelah memotret beberapa moment saya pun berkeliling ke kelas
yang lainnya.
Saya masuk ke
kelas 4. Siswanya lebih riuh dibandingkan dengan kelas yang sebelumnya. Maklum sudah
sedikit besar. Ada hal yang membuat hati saya ngilu saat berada di dalam kelas ini.
Saat itu tiba-tibaada seorang bocah laki-laki masuk dan berlarian di dalam ruang
kelas 4. Sebut saja ia B. Lalu ada seorang anak yang berujar pada saya, “Mbak,
anak itu lho gila”. B memang anak yang istimewa. Tapi ia cukup pintar. Hanya kurang
mampu berkomunikasi. Setelah memotret saya berkeliling lagi.
Bel tanda pulang
berbunyi. Kami semua berkumpul disuatu ruangan dan berfoto bersama (lagi). Saat
perlahan siswa-siswa sekolah ini pulang, saya dan beberapa relawan yang lain
melihat B. kami pun memanggilnya dan sedikit berbincang. Kak Nidzam cerita,
tadi B makan spidol trus muntah-muntah di kamar mandi. Tiba-tiba saya teringat
kata-kata seorang anak kelas 4 yang mengatai B dengan sebutan gila. Mirisnya hati
saya. Mungkin seharusnya para guru memberikan penjelasan kepada teman-teman B mengenai
kondisinya. Dan melarang mereka untuk berkata yang tak semestinya. Tapi mungkin
memang tidak mudah memberikan penjelasan pada anak sekolah dasar. Semoga saja B
tetap bisa belajar dan berteman seperti selayaknya anak yang lain.
Selesai kegiatan
kami para relawan melakukan evaluasi dari kegiatan hari itu. Beberapa masukan
pun di lontarkan supaya acara selanjutnya jauh lebih baik. Lalu kami melakukan
tukar kado secara acak sambil menyanyikan lagu potong bebek angsa. Untung kami
semua membawa kado jadi pas hihi.
Selesainya berkemas
kami melakukan refleksi di balai kelurahan bertemu dengan relawan dari rombel
sekolah yang lainnya. Saya nggak tahu ada berapa relawan. Mungkin 100 atau
lebih. Karena memang banyak banget.
Saya senang
rasanya ikut kegiatan seperti ini. Banyak hal yang bisa saya dapatkan. Salah satunya
yang jelas adalah pengalaman. Karena selama ini saya hanya tahu wajah
pendidikan di kota saya sendiri. Adik-adik disini lebih sopan dibandingkan
dengan di kota saya haha. Jelas. Mereka waktu ngomong saja pakai bahasa jawa
halus. Untungnya saya paham dikit-dikit hehe. Alhamdulillah sekolahannya meski
di desa sudah cukup maju. Banyak dari mereka yang sudah paham sosial media. Entah
saya harus merasa senang atau sebaliknya. Riskan saja membiarkan anak sekolah
dasar mengakses internet. Cita-cita mereka pun beragam. Malahan ada yang mau
jadi youtuber. Baguslah. Setidaknya tidak melulu dokter, guru, polisi, dan yang
umum lainnya. Dan semoga saja mereka bisa jadi youtuber yang bisa membuat
konten yang berfaedah. Aamiin.
Setelah menampilkan
yel-yel dari setiap rombel, kami berfoto bersama. Lalu pulang.
Dalam hati saya
berdoa, semoga bisa bertemu mereka lagi. Entah relawannya atau adik-adiknya di
lain kesempatan yang lebih baik.
Nb: sebenarnya foto-foto yang lainnya masih banyak. bisa di tengok di instagram saya ya @deamerina
Nb: sebenarnya foto-foto yang lainnya masih banyak. bisa di tengok di instagram saya ya @deamerina
***
Cerita Kelas Inspirasi lainnya
- Kelas Inspirasi Semarang
- Kelas Inpirasi Malang
4 comments
taoi saya sedih pas baca cerita soal si B tadi, saya juga berdoa semoga ia tetap semangat sekolah daan punya banyak teman.
aamiin makasih doanya