Akhirnyaaaa setelah
sekian lama saya tidak bercengkrama dengan udara gunung, saya memutuskan untuk
back to nature hihi. Rindu sekali rasanya melihat pepohonan dan langit penuh
bintang. Teman saya secara tiba-tiba mengajak saya untuk melakukan pendakian ke
Gunung Lawu. Ah, dulu saya pernah melakukan pendakian tetapi sayangnya tidak
sampai puncak. Hanya sampai pos 2 saja karena hipotermia. Kali ini pun saya
merasa tertantang, apakah saya sanggup menyelesaikannya?
Berbeda dengan
pengalaman sebelumnya, kali ini kami berenam naik bus dari Surabaya pada Jumat
(18/10) kemarin. Kami bertemu di Terminal bungurasih jam 10 malam. Selang
beberapa menit saya tiba, teman-teman saya tiba dan kami langsung menuju bus.
Kami naik bus ekonomi (28ribu) arah ke Solo, turun di Terminal Maospati,
Magetan. Bus kami berangkat pukul 11 malam.
Seturunnya saya
dari bus saya sudah mulai deg-degan hehe. Entah akan ada apa di depan saya hanya
bisa berdoa saja. Kami tiba di Terminal Maospati jam 3 pagi disambut dengan
udara dingin. Teman-teman memutuskan untuk duduk-duduk sambil minum kopi di
warung depan terminal. Menyesuaikan diri dengan hawa dingin. Dari terminal kami
lanjut dengan mobil carteran (250ribu) menuju pos Cemoro Kandang.
Sesampainya di
basecamp Cemoro Kandang udara semakin dingin. Jam sudah menunjukkan pukul 4.30
pagi. Sambil meluruskan kaki, beberapa dari kami ada yang berbelanja keperluan
di warung terdekat dan ada pula yang sholat. Pukul 7 pagi kami mendaftar dan
memulai pendakian. Bismillah. Saya hanya bisa mengucap sholawat selama perjalanan.
Sebenarnya saya cukup parno karena saya memakai jaket warna hijau pupus. Di papan
depan basecamp ditulisakna beberpa peraturan dan pantangan selama berada di Gunung
Lawu. Salah satunya adalah tidak boleh menggunakan benda berwarna hijau pupus. Beh,
waktu baca saya langsung deg-degan. Ah, tapi tak apalah. Banyak berdoa saja.
Setelah berdoa
pun kami memulai mendaki. Dari pengalaman yang sudah-sudah, saya cukup belajar untuk
menyimpan tenaga di awal. Teringat dulu waktu pertama kali mendaki ke Gunung
Penanggungan, di awal jalan saya sudah terburu-buru dan ngos-ngosan duluan
haha. Malu-maluin. Sempet juga di ingetin temen, pelan-pelan aja nanti capek
ini masih permulaaan. Eh, beneran capek ngos-ngosan haha.
Kami berenam pun
jalan santai sambil berbincang dan bergurau singkat. Baru berjalan beberapa
meter nafas saya sudah memburu hehe. Maklum aja nggak pernah olahraga sih. Rencananya
Jogging tiap hari, eh malah Cuma dua hari sekali. Ya wajar ngos-ngosan. Untungnya
mereka semua pada sabar banget nungguin saya hehe (jangan ditiru ya, usahain
persiapan dulu sebulan/dua bulan sebelumnya). Dari basecamp ke pos 1 jalanannya
masih enak. Kayak tracking biasa Cuma emang rada panjang. Kurang lebih 1.5 jam
kita sampe di pos 1. Sekitar jam 8.30.
Di pos 1 kami
istirahat sebentar. Lagi-lagi mereka pada ngelawak haha. Partner perjalanan
saya kali ini seru deh pokoknya. Penuh tawa receh tapi sangat menghibur dan
bikin rileks. Jadi bikin perjalanan nggak berasa kalo lagi mendaki. Dan mereka
bener-bener paham banget kalo saya sama temen saya nggak kuat nafasnya hehe. Setengah jam kemudian kami lanjut lagi.
Perjalanan dari
pos 1 ke pos 2 lebih pendek dari sebelumnya. Medannya udah mulai rada ada selingan
bebatuan pasir. Kurang lebih 1,5 jam kita sampe di pos 2. Sekitar jam 10. Mendaki
kali ini bener-bener sepi. Entah karena melewati pos Cemoro Kandang yang
katanya lebih panjang atau memang tidak banyak yang sedang mendaki. yang berpapasan
dengan kami pun dapat dihitung. Di pos 2 kami istirahat cukup lama. Sempat tertidur
pula dengan angin yang sepoi-sepoi haha. Enak sih emang. Setelah sholat dhuhur
jam 12 kami berangkat lagi.
Menuju pos 3
jalanan tidak lagi melewati tengah hutan. Melainkan pinggir tebing! Wih pemandangannya
bagus bangeeeet deh pokoknya. Salah satu kelebihan lewat jalur ini memang ada
di pemandangannya yang wow. Cukup adil lah dengan jarak yang lebih panjang
haha.
Di perjalanan,
kami metik buah marbery yang kecut manis. Seger aja gitu makan marbery di siang
bolong haha. Tapi saya nggak begitu banyak makan marbery karena belum makan
siang. Daripada mag mendadak.
Sepanjang jalan
menuju pos 3 saya Cuma bisa terkagum-kagum sama pemandangan yang disuguhkan. Ah,
inilah yang saya rindukan dari mendaki. jauh-jauh dari laptop, liat yang
hijau-hijau live hihi. Alhamdulillah masih bisa diberi tenaga dan waktu buat
nyambangi gunung ini.
Jam 3 sore sesampainya
di pos 3, saya langsung tidur. Sudah nggak kuat karena keringetan dan capek. Belum
lagi udara yang tadiya panas mulai dingin karena masuk sore hari. Jaga-jaga
biar nggak hipotermia lagi saya langsung minum yang anget-anget sebelum tidur
dan gosokin minyak kayu putih ke kaki dan tangan. Bangun-bangun makanan sudah
siap haha terbaik memang teman-teman saya ini. Alhamdulillah bisa mendaki
bareng orang yang peduli sesama tanpa rasis gender.
Kami makan mie
dan minum-minuman hangat. Setelah kenyang, giliran teman-teman saya yang tidur
sejenak. Kasihan. Mungkin mereka juga capek tadi nungguin saya berhenti-berhenti.
Ternyata emang bener sih, makin banyak dan lama berhenti itu makin capek. Karena
badan kita yang udah ‘panas’ kudu mulai pemanasan lagi kalo kelamaan istirahat.
Bangun-bangun,
kita beberes dan mulai perjalanan lagi. Tepat setelah adzan maghrib kita
berangkat. Sebelumnya, temen saya ngasih pilihan mau ngecamp di pos 3 ini atau
lanjut di pos 4 aja. Kalo ngecamp di pos 3 berarti besok bakalan lebih lama
karena kita lintas jalur pulangnya (alias nggak lewat cemoro kandang). akhirnya
saya pun milih untuk tetep lanjut karena masih kuat. Saya mah jujur aja di awal
daripada ngerepotin yakan hehe. Saya kuat lanjut tapi bakalan banyak berhenti
karena nafas saya pendek-pendek dan nggak kuat dingin.
Selama perjalanan,
karena sudah malam dan udara makin dingin, kami nggak banyak bicara. Takut salah
bicara dan mengganggu. Udara yang semakin dingin ditambah angin yang mulai kecang
membuat saya berdoa lebih panjang dalam hati. Kami pun berjalan semakin rapat
untuk saling menjaga. Hanya senter yang membantu perjalanan kami.
Dari pos 3 menuju
pos 4 kami berjalan di tepi tebing. Hingga beberapa meter sebelum pos 4, medan
berubah menjadi bebatuan. Pohon-pohon sudah tak terlihat. Hanya batu saja. Kalo
kalian pernah ke Gunung Penanggungan, nah sama kayak ke Puncak Pawitra. Batu-batuan
ditambah angin kencang. Kami pun saling bergandengan tangan. Secara saya yang
enteng ini takut banget miber hehe.
Waktu liat
rangka galvalum senangnya saya bukan main. Alhamdulillah sampe juga di pos 4. Sekitar
jam 8 malam kami tiba di pos 4. Pos 4 ini ternyata beruba tenda bersama yang
dibuat oleh pemilik warung. Tendanya terbuat dari terpal sedangkan warungnya dari
galvalum.
Awalnya teman
saya mengetuk-ngetuk pintu masuk nggak ada jawaban dan sempet mikir kalo ini tenda
nggak ada orangnya. Kami sempet berencana lanjut ke pos 5 dan ngecamp disana
aja. Tapi, alhamdulillah ternyata ada orang. Didalam tenda sudah ada beberapa
orang yang tidur. Pantas aja sepi.
Kami pun masuk
dan langsung pesan teh hangat. Sambil main uno dan ngemil kita menghangatkan
diri. Angin mulai kerasa lebih kencang lagi. Terpalnya sampe bunyi berisik
kayak mau terbang. Saya sempat ngeri tapi kayaknya itu udah biasa. Setelah main
uno kami memilih untuk tidur.
Baru beberapa
menit memejamkan mata, kami dibangunkan oleh pemilik warung untuk pindah
kedalam warung yang rangka galvalum. Alias rumah si pemilik warung. Cuaca semakin
buruk. Angin semakin kencang dan terpal semakin lama semakin tak dapat menahan terpaan
angin.
Angin yang
semakin kecang menimbulkan bunyi berisik saat menerpa galvalum. Berisik yang
menegrikan bagi saya. ini kali pertama saya merasakan badai di gunung. Seram. Saya
sempat berpikir, apa gara-gara saya pakai jaket berwarna hijau ya? hehe kalo lagi
takut mah apa aja bakalan di sambung-sambungin yakan.
Jam menunjukkan
pukul 9 malam. Sampe kapan ini badainya ya? tanya saya dalam hati. Saya melihat
sekeliling. Didalam ruangan berukuran 4x4m ini orang-orang nampak santai sekali.
Memaksakan diri untuk tidur seakan sudah terbiasa dengan keadaan begini. Pemilik
warung dan beberapa temannya mondar-mandir masuk keluar untuk memperkuat
galvalum ini agar tidak terbawa angin.
Udah tidur aja,
kata teman saya. Ah, mana bisa saya tidur begini. Tapi, lama-lama saya pun
mengantuk dan tertidur. Meski tidak nyenyak dan terbangun karena suara angin
yang kencang, saya tetap memaksakan diri untuk membunuh waktu dengan tidur. Hingga
saya terbangun jam 5 pagi dan keadaan tetap sama. Angin tetap kencang.
Hingga pukul 8
pagi pun angin masih saja kencang. Perut saya yang hanya terisi jajanan dari
kemarin pun mulai memberontak. Beberapa teman keluar menerjang angin untuk mengambil
logistik. Alhamdulillah masih ada jajanan dan minum. Memasuki jam 10 malam,
kami memutuskan untuk memasak mie lagi. Padahal kami bawa nasi, tapi rasanya ini
bukan waktu yang tepat. Kami pun memasak mie dan minuman hangat.
Dalam kondisi
seperti ini, kami saling berbagi makananan dan minuman. Ada sekitar 7 rombongan
dari berbagai daerah. Ada yang dari Tasik, Tanggerang, Solo, Bojonegoro, dll. Inilah
yang saya sukai dari mendaki. orang-orangnya ramah-ramah padahal mereka belum
kenal. Saya banyak belajar dari kegiatan ini. Untuk berbuat baik tak harus
mengenal terlebih dahulu. Sekedar menyapa dan menyemangati saja itu sudah menjadi
salah satu kebaikan tersendiri.
Setelah kenyang,
kami memutuskan untuk turun. Menerobos angin dengan doa dan hat-hati. Waktu saya
keluar, rasanya saya hampir saja terbang untung teman saya sigap memegangi
saya. setelah berkemas dan berdoa, kami berpamitan dengan pemilik warung yang
baik hati.
Kami turun tak
lagi berenam, melainkan bertujuh. Perjalanan kembali kami melewati beberapa
jalan pintas yang dipilih oleh teman baru kami yang dari Bojonegoro. Meski lebih
mudah, nampaknya ia lebih lincah dari kami semua haha apalagi saya.
Perjalanan
pulang selalu terasa lebih cepat. Kami pun tak banyak berhenti. Hanya sesekali untuk
mengambil nafas dan minum. Kami berhenti sejenak di pos 3 untuk berfoto. Karena
belum ada dokumentasi foto bersama hehe. Setelah itu kami lanjut perjalanan
kembali.
Kami tiba di pos
bayangan pukul 4 sore. Karena lapar belum makan nasi dari kemarin, kami pun
memasaka semua perbekalanan. Meringankan bebas tas. Chicken nugget, telur, dan
nasi. Cukup sederhana yang penting kenyang. Karena air kami mulai menipis, nasi
yang kami masak pun masih agak keras hehe tapi tak apa yang penting perut
terisi.
Setelah itu kami
melanjutkan perjalanan pukul 5 sore. Dari pos bayangan ke pos 2 hanya sebentar.
Kami tiba di pos 2 pukul 5.30 sore. Kami pun memutuskan untuk berhenti sholat. Setelahnya
kami melanjutkan perjalanan kembali.
Ditengah perjalanan,
teman saya keseleo. Memang sih kami jalan terlalu cepat. Belum lagi karena
teman saya menggunakan sandal temannya karena sandalnya hilang saat berlindung
dari badai. Kami pun berjalna lebih pelan dan merapat karena sudah mulai gelap.
Tak terasa, kami
pun akhirnya tiba di pos masuk Cemoro Kandangjam 8 malam. Ah, senangnya saya
tiba dengan selamat di pos masuk. Kaki saya yang tadinya tak terasa apa-apa
kini mulai terasa lelah dan bergetar haha maklum ya nggak pernah olahraga sih.
Kami
bersih-bersih diri sebentar. Untuk ke Terminal Maospati kami dberi tumpangan
oleh teman baru kami. Alhamdulillah. Di terminal kami singgah sebentar di
warung untuk makan dan minum. Sesai janji saya pada diri sendiri, saya langsung
pesan es jeruk dan es teh haha karena selama perjalnana turun saya memang sudah
membayangkan es jeruk. Segar sekali!
Setelah kenyang
kami pun naik bus dan kembali ke Surabaya.
Perjalanan kali
ini sangat menyenangkan bagi saya. Meski baru kenal, rasanya tidak canggung. Selama
perjalanan kami diisi oleh tawa. Mungkin itu yang membuat saya lebih rileks dan
kuat hingga sampai pos 4. Saya terharu mereka begitu baik dan sabar menunggu
saya banyak berhenti untuk mengambil nafas. Serta langsung turun tanpa melihat
sabana padahal sudah jauh-jauh kemari karena saya senin harus bekerja. Karena mendaki
itu soal kebersamaan. Semoga dilain kesempatan bisa mendaki lagi sampai puncak!
Aamiin!
5 comments
Visit gan : aisurunihongo.blogspot.com
Visit gan : aisurunihongo.blogspot.com