source : instagram |
Awan. Perempuan pintar yang mampu menjadi
lulusan terbaik di kampusnya. Begitu giat dan keras menggapai cita-citanya
bekerja di sebuah firma arsitektur di bawah pimpinan Pak Anton, Arsitek idolanya.
Memiliki keluarga yang harmonis dan tidak pernah kekurangan. Ya, itulah
kehidupan Awan.
Kakak laki-lakinya Angkasa, sangat sayang
padanya. Hingga merelakan 24 jam harinya untuk selalu mengawasi Awan.
Memastikan ia selalu baik-baik saja. Angkasa memiliki kekasih cantik yang sudah
menemaninya selama 4 tahun. Bekerja di bidang yang sama membuat mereka semakin
yakin akan langkah kedepan.
Aurora, kakak perempuan Awan. Adik Angkasa.
Seorang designer comtemporer yang berbakat. Ia sudah memperlihatkan bakatnya
semenjak kecil. Menjadi atlet renang dan juga seniman. Sifatnya yang pediam membuat
Aurora nampak lebih elegant.
Keluarga Awan, nampak tanpa celah
sedikitpun. Cerminan keluarga bahagia yang saling menjaga dan menyanyangi satu
sama lain. Ayahnya yang seorang bankir selalu memastikan kebutuhan keluarganya
terpenuhi. Ibunya seorang ibu rumah tangga yang hangat. Siapa yang tak mengidamkan
keluarga bahagia ini?
Sayangnya, bukan itu yang dirasakan Awan. Ia
justru merasa jenuh di manjakan dan mulai memberontak. Lelah dianggap anak kecil
yang bahkan tak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Ia menyalahkan ayahnya
yang memanjakannya dan juga over protektif.
Nyatanya, keluarga itu tidak bahagia. Ada sebuah
rahasia yang disembunyikan sendari Awan lahir. Hanya Angkasa yang tahu dan itu
membuatnya tertekan. Hingga akhirnya ia meledak pada suatu malam.
Well, film ini emang bagus banget sih menurutku.
Entah kenapa setiap bagian kayak menemukan posisi di hati setiap anak Indonesia
(ceileh). Atau bahkan mungkin emang seluruh anak di dunia. Filmm keluarga
garapan sutradara Angga Dwimas Sasongko ini sebenernya udah lama. Sebulan lama
nggak sih? Hehe.
Pertama kali saya liat film ini pas bulan
Desember 2019. Gala premiernya. Trus karena emang bagus, saya nonton lagi dong
pas pemutaran perdananya tanggal 2 Januari 2020. Naaah, terus kebetulan tanggal
23 Januari 2020 kemarin ada versi Director’s cut nya, yaudin nonton deh.
Awalnya saya kira versi director’s cut ini
kayak behind the scene gitu. Eh ternyata sama aja sih Cuma ada beberapa scene yang
awalnya dipotong, ditunjukin gitu. Sampe hapal ceritanya hehe.
Film ini diangkat dari buku dengan judul
yang sama. Penulisnya Marchella FP. Iya, doi penulis sekaligus ilustratornya. Ini
buku kedua dari Mbak Cello. Buku pertamanya kalian pasti tau banget. Yup. Generasi90-an.
Waktu tau bukunya bakalan di filmin, nggak
kebayang bakalan jadi cerita kayak gimana. Karena yaa kalian tau sendiri
bukunya itu merupakan kumpulan quotes dan ilustrasi. Jadi bingung dan penasaran.
Mungkin karena Mas Angga ini sukses dengan film Keluarga Cemara, makanya ceritanya
dibuat cerita keluarga juga gitu kali ya?
Sinematografinya keren sih emang. Berasa deket
banget gitu. Dulu saya sempet mikir kalo style kamera goyang itu mungkin ada beberapa
properti yang nggak dipunya sutradara. Ternyata justru itu dong yang bikin film
keliatan real hehe. Maap saya mah newbie.
Dan yang bikin baper lebih adalah lagunyaaa doongg yaampun pas banget. Suka banget waktu scene lagu Untuk Hati yang Terluka (Isyana Saraswati), Fine Today (Ardhito Pramono), dan Secukupnya (Hindia).
Saya rasa tim marketing film ini bagus
banget dan nggak mau kehilangan moment plus kreatif. Waktu penjualan buku ini
laris manis, langsung deh diangkat ke layar lebar. Awalnya, mereka mancing
antusias penonton di youtube lewat web series. Meski ceritanya beda sih. Tapi intinya
ada quote dan yang jadi Awan sama, Rachel Amanda.
Mereka juga jual merchandise ala-ala bukunya.
Ada kertas lipat pesawat, tote bag, buku tulis, dll. Design poster pun mereka
buat banyak versi diambil dari scene film. Dibumbuhi beberapa quotes yang ‘ngenak’
di hati. Fotografernya juga oke pula. Hmm, tim yang sangat kreatif. Saluuutttt!!
Di film ini diceritakan konflik batin dari
setiap peran keluarga. Mulai dari bapak yang over protektif karena pengen
banget anak-anaknya bahagia, ibu yang diem aja karena memihak bapak, anak
pertama yang memikul tanggung jawab sebagai pelindung adik-adiknya, anak tengah
yang merasa di singkirkan, dan anak terakhir yang menjadi prioritas keluarga
tapi enggan dikekang.
Pikiran saya jadi terbuka waktu liat film
ini. Mugnkin lebih tepatnya mikir sih. Apa semua anak sulung, tengah, dan bungsu
seperti itu ya? soalnya kalo dilihat-lihat dari orang yang saya kenal seperti
itu. Dan saya juga ngerasain itu sih hehe.
Ah, entahlah, yang jelas film ini wajib
banget ditonton. Kalo bisa nontonnya satu keluarga sekalian. Biar bisa ngode ke
bapak ibu. Mungkin ada beberapa hal yang ingin kalian sampaikan ke mereka tapi
nggak sanggup?
"Apapun yang dibuat dengan hati, akan sampai ke hati yang lain"
Post a Comment