Biasanya kalo
denger kata film horror pasti kita bayangin full scene di malam hari. Trus
bakalan nyiapin diri untuk dikagetin dengan penampakan yang muncul tiba-tiba
seenak jidat full screen. Dan yang paling mendukung lagi adalah sound yang
sangat amat mengagetkan jiwa raga ini. Heuh. Tapiii, itu semua nggak berlaku untuk
film yang satu ini.
Film bergenre
horror yang akhirnya tayang pada bulan September 2019 ini awalnya sempet gagal
tayang di Indonesia karena kesadisannya yang sungguh blak-blakan. Hingga
akhirnya berhasil tayang tetapi khusus untuk usia 21 tahun keatas. Saya yang
kebetulan nggak begitu tertarik dengan film ini, akhirnya kemarin pun nonton
aja untuk membunuh rasa yang telah lama hilang (eh?).
Break the
stereotypes
Awal nonton udah
nyiapin batin dengan berbagai macam stereotype modelan film horror pada umunya.
Tapi, saya salah total. Karenaa yaaa saya juga nggak liat trailernya dulu sih
hehe. Jadi langsung aja gitu nonton. Nggak ada scene malam hari. Nggak ada
sosok yang tiba-tiba muncul on point di layar. Nggak ada pula backsound yang
bikin merinding. Karena semua adegan di film ini dilakukan di siang hari. Alias
saat semua sedang terang benderang!
Tone warnanya
juga cerah bangeet gengs. Penuh dengan bunga pula. Terlebih lagi setting
tempatnya itu bagus bangeeeeettt. Penuh dengan perbukitan yang memanjakan mata.
Serba hijaauu. Yaampun saya sampe nggak habis pikir. Meskipun begitu tetep aja
merinding disko. Beberapa adegan sadis terpampang nyata di layar. Mulai dari
adegan terjun dari tebing, kepala yang dihancurin pake palu, pembakaran mayat,
dsb. Bayangin film ini bikin saya mual jadinya.
Selain visual,
audionya juga sangat amat tenang. Bener-bener nggak ada teriakan ataupun efek
‘jeng-jeng’ macam itulah. Midsommar emang cocok banget deh dilebelin film
horror yang berkelas. Bisa bikin film yang berbeda dengan tetap menampilakan
kengerian. Meski saya bukan penggemar film horror tapi saya salut sama Ari
Aster ini asliii keren bangeeet. Buat kalian yang pengen nonoton film horror
tanpa ada penampakannya, ini rekomen banget heuheu.
Pengorbanan
Kalo dimasukin
ke genre horror, mungkin lebih ke thriller kali ya. Karena film ini lebih
mengusung tradisi sadis sebuah desa di Swedia. Fyi, padahal ini setting
lokasinya di Hungaria. Salah satu tradisi yang menurut saya aneh adalah saat
sepasang sesepuh terjun dari tebing dan disaksikan oleh seluruh masyarakat.
Jangan ditanya masyarakatnya nyegah atau nggak karena itu adalah bagian dari ritual.
Yap. Waktu salah
satu pendatang nanya kenapa ada ritual seperti itu, jawaban salah satu
masyrakatnya adalah karena itu adalah siklus dari kehidupan. Mereka yang sudah
tua daripada sengsara karena sekarat( (sendirian di usia lanjut), akan lebih
baik kalo mereka bunuh diri dengan terjun dari tebing hingga mati seketika. Dan
kalopun nggak langsung meninggal, mereka berhak membunuhnya. Dengan cara
memukulkan palu. Hmm, gimana menurutmu?
Padahal saya sih
bayanginnya bakalan enak aja gitu menghabiskan masa tua di desa dengan
pemandnagan yang sangat menyegarkan. Tapii, kenapa malah disuruh bunuh diri? Terus,
mereka yang meninggal dengan cara itu katanya bakalan bisa ngerasa lebih
tenang. Lha?
Mabuk, Dansa,
Cinta
Di film ini di
tunjukkan kalo setiap kali ada ritual, mereka pasti ‘minum’. Awal Dani dan
teman-temannya dateng juga mereka disuguhi teh jamur yang bikin mereka
berhalusinasi.
Di desa ini mereka
memiliki tradisi Tarian Maypole. Sebelum memulai tarian, lagi-lagi mereka harus
minum. Dalam kondisi setengah sadar para perempuan harus menari mengelilingi
tiang dengan bergandengan tangan. Mereka diwajibkan menari hingga mereka tak
sanggup lagi alias terjatuh. Perepuan yang mampu bertahan hingga akhir akan
menjadi ratu selanjutnya.
Selain itu, ada hal
lain yang menurut saya pribadi ini cukup mengganggu. Mantra cinta. Menruut kepercayaan
mereka, kalo ada perempuan yang suka sama seorang laki-laki dan laki-laki itu
makan rambut kemaluan perempuan tersebut, ia bakalan bertekuk lutut. Iyuh. Ini jijik
banget sih sebenernya. Makanya film ini Cuma boleh ditonton sama orang dewasa
21 tahun keatas.
Christian, pacar
Dani, menemukan helai rambut kemaluan di pie yang di makan waktu jamuan makan
bersama. Hal ini ternyata juga merupakan kepercayaan di beberapa daerah. Termasuk
Indonesia. Malahan ada yang bilang kalo minum (maaf) darah haid bakalan
bertekuk lutut juga.
Over all film
ini sih cukup bagus. Meski saya pribadi nggak begitu suka karena terlalu sadis
huhu. Mungkin cocok buat kalian yang betah liat darah dan kengerian manusia
lainnya. Durasinya cukup lama, 2 jam. Setelah nonton film ini saya dan ibu saya
jadi rada pusing gitu. Karena kelamaan kali ya tegangnya.
Sekiyaaannn~
Post a Comment