Judul : Seikatsu Kaizen
Author : Suzy Ong
Publisher : Elex Media
Published : 2017
Pages : 234
Genre : Social Science
Beli bukunya di sini
Jepang mulai berinteraksi dengan Tiongkok pada abad ke-3. Berdasarkan letak geografisnya, Jepang memang berdekatan dengan Tiongkok dan Korea. Sampai abad ke-10, Jepang mulai ‘men-jepang-kan’ budaya Tiongkok.
Di abad ke-16, bangsa Portugis datang ke Jepang untuk berdagang dan menyebarkan agama Kristen (Katolik). Tapi, karena adanya konflik dengan pemerintahan, awal abad ke-17 Jepang mengusir bangsa Portugis dan nggak memperbolehkan warga Jepang untuk ke luar negeri serta melarang orang Barat (kecuali Belanda) untuk datang ke Jepang. Semua informasi dunia Jepang mendapatkannya dari Belanda.
Pertengahan abad ke-19, Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya meminta Jepang untuk mencabut larangan berdagang dengan luar negeri. Kondisi ekonomi Jepang yang pada saat itu masih mengandalkan industri rumah tangga hampir bangkrut karena banyaknya impor produk industri dari negara lain masuk.
Menyadari hal itu, Jepang pun mulai belajar untuk membenahi bangsanya. Mulai dari produksi barang, sistem pemerintahan, hingga budaya yang dianggap nggak beradab. Titik balik Jepang dimulai di saat Jepang mengalami kekalahan pada perang dan memiliki banyak hutang negara pada tahun 1900-an.
Tahun 1919, pemerintah Jepang memulai kampanye nasional untuk mmbina ketahanan nasional (Movement for the Cultivation of Nation Strenght). Kampanye ini memaksa rakyat Jepang untuk hidup hemat, bekerja keras, dan meninggalkan budaya mabuk-mabukan.
Semenjak itulah pemerintah bekerja keras untuk membuat Jepang menjadi negara yang beradab seperti negara barat lainnya. Tujuan Jepang pun tercapai. Pada tahun 1970 Jepang berhasil menjadi rakasa ekonomi dunia hingga saat ini.
Review 'Seikatsu Kaizen'
Ini adalah buku sejarah Jepang pertama yang saya baca selain buku pelajaran SD. saya baru tahu kalau sebelumnya sehebat sekarang, ternyata kebiasaan masyarakat Jepang cukup bikin melonggo. Nggak kebayang aja sih Jepang yang disiplin banget dulunya ternyata malas dan hobi sekali mabuk-mabukan 😬
Semua budaya buruk itu bisa berubah berkat pemerintah Jepang yang menurut saya bener-bener serius menanganinya (seenggaknya begitulah yang tertulis di buku ini). Mereka kelihatan malu banget dengan budaya mereka sewaktu bangsa barat datang dan secara nggak langsung menunjukkan ketidaksukaaannya dengan budaya asli Jepang saat itu 😶
Selain banga barat yang jadi role model Jepang saat itu, nggak dipungkiri karena kekalahannya di medan perang dan hutang negara yang banyak. Sewaktu Jepang mengirim pasukan ke SIberia, otomatis pekerja di pabrik pun berkurang. Begitu pula dengan bahan pangan. Yang mau nggak mau berimbas ke harga makanan yang melambung tinggi. Dan dibagian ini pun cukup seram karena ada adegan menjarah toko. Saya jadi inget film 'Dibalik 1998' yang pernah terjadi di Indonesia 😱
Pemerintah pun memerintahkan rakyatnya untuk bekerja lebih giat supaya bisa beli kebutuhan pokok. Hmm, tapi di sini saya cukup bingung. Bukannya segiat apapun kita kerja kalau memang pendapatannya segitu ya tetap, ya nggak sih? Hhe saya juga nggak tahu gimana sistem bekerja di sana saat itu 😬
Secara general, buku ini sangat menarik untuk dibaca. Dari segi budaya terutama meski nggak begitu mendalam tapi seenggaknya saya jadi tahu untuk menjadi Jepang yang sekarang, mereka telah berusaha keras meninggalkan budaya asli dan menciptakan budaya Jepang yang baru. Saya jadi sedikit penasaran, bangsa barat yang jadi role model Jepang, kira-kira dulunya siapa ya panutan mereka? 🤔
Buku ini sepertinya hasil penelitian penulis sewaktu sekolah di Jepang. Karena bahasanya yang terkesan kaku dan sangat formal. Tapi, isinya cukup seruuu hihi 😆
Kalau teman-teman gimana? Pernah baca buku sejarah Jepang juga nggak? Atau sejarah negara lain yang bikin teman-teman melonggo bacanya? Negara mana ya yang seru untuk dibaca sejarahnya? 😜
6 comments
So far aku juga menikmati review-nya mbak Dea😁 Berarti ini penulisnya orang Indonesia ya?
Menurutku sih disuruh giat kerja supaya dpt makan mungkin karena makanan didapat dari hasil kerja yg bisa dihasilkan. Semacam insentif kalo bisa kasih lebih. Umpama buruh pabrik, kalau normalnya dalam sejam bisa produksi 10 buah barang, kalo giat dan bisa hasilin 20 barang dalam sejam, akan dikasih upah (mungkin dalam hal ini bahan makanan pokok) lebih juga...
haha sama kok aku juga baru baca yang ini yang sampai habis hihi
kalo di buku ini sih lebih penjelasan reformasi budaya. peralihan dari yang dulu malas banget sampe sekarang jd disiplin bangeet. kalo politik cuma sekadar pengantar aja sih
iyaa orang indonesia, kelahiran bandung.
thank you udah bacaaa~
aaahh, iyaya bisa jadi sistem insentif gtu kali ya. jadi banyak yg didapat sesuai sama tenaga yang dikeluarkan. thank youuuu