Spoiler alert!
Critical Eleven. Judul novel tulisan Ika Natassa yang diterbitkan tahun 2015 dan difilmkan tahun 2017. Meski termasuk judul lama, saya tertarik untuk membaca karena kemarin baru saja selesai membaca novel terbarunya ‘The Architecture of Love’. Jadi kepo dengan buku lainnya yang belum sempat saya baca 😆
Buku dan film 'Critical Eleven' ini bercerita tentang sepasang suami istri, Ale dan Anya, yang sedang menantikan buah hati pertama mereka. Anya seorang wanita karir yang mandiri dan Ale seorang engineer yang bekerja di offshore alias si tukang minyak 👀
Saking cintanya Anya dengan pekerjaannya, selama dia hamil pun ia tetap bekerja. Sedangkan Ale bekerja selama 5 minggu di tengah laut, lalu pulang selama 5 minggu pula. Sayangnya, di penghujung penantian mereka berdua, Aidan (nama janin mereka), nggak sempat bertemu melihat kedua orangtuanya. Anya terpaksa dioperasi karena Aidan meninggal dalam kandungan 😭
Nggak mudah melewati situasi seperti ini bagi pasangan baru yang sudah menantikan kehadiran buah hati mereka. Mereka berkabung dengan cara masing-masing. Hingga suatu hari Ale nggak sengaja mengucapkan hal yang sulit dimaafkan 😰
Nah, terus apa sih kira-kira beda buku dan filmnya?
Pertemuan di pesawat
Kalau di bukunya, Anya dan Ale duduk di bagian pesawat yang dekat dengan jendela. Anya tertidur selama penerbangan sampai nggak sadar menyandarkan kepalanya di pundak Ale. Dari situlah akhirnya mereka mulai mengobrol 😉
Ini beda banget dengan filmnya. Kalau di filmnya, Anya panik mencari benda kecil kesayangan sewaktu pesawat sedikit berguncang. Yang ternyata benda kecil itu ditemukan oleh Ale dan mereka pun mulai mengobrol 😝
Pindah ke New York
Di bukunya nggak banyak diceritakan semasa mereka pindah ke New York. Karena hanya penjelasan flashback saja. Anya yang ditugaskan bekerja di New York selama 1 tahun bikin Ale senang karena jarak antara Meksiko (tempat kerja Ale) dengan New York jauh lebih dekat daripada Indonesia. Setelah satu tahun, Anya kembali menetap di Indonesia dan beberapa tahun kemudian hamil 🥰
Kalau di filmnya, Anya diceritakan resign dari pekerjaannya dan memulai hidup di New York setelah menikah. Karena bosan, Anya mencari pekerjaan part-time sebagai konsultan. Nggak lama setelahnya Anya hamil. Karena sebuah insiden dan Ale khawatir meninggalkan Anya sendirian di rumah, mereka memutuskan untuk kembali Indonesia. Meski sebenarnya Anya merasa baik-baik saja 😶
Kecelakaan Ale
Kejadian ini bisa dikatakan sebagai titik balik hubungan mereka berdua. Di bukunya diceritakan kalau Ale mengalami kecelakaan kecil waktu menemani Nino bermain di mall. Jadi, si Ale kepalanya terbentur palang parkiran yang lagi error gitu. Setelah dibawa ke rumah sakit, Ale menerima 9 jahitan dan bikin Anya panik banget 😖
Nah, kalau di filmnya sendiri diceritakan Anya kabur ke Melbourne karena capek banget sama situasi perang dingin di rumah. Ale yang tahu Anya pergi tanpa pamitan langsung pergi mencarinya. Karena menyetir dalam keadaan panik, Ale mengalami kecelakaan mobil dan harus dirawat di rumah sakit 😭
Karakter ale dan anya
Yang paling kentara perbedaan antara buku dan filmnya adalah karakter Ale dan Anya. Atau perbedaan ini karena saya waktu baca bukunya emang lagi selow ya? 😆
Selama baca bukunya, karakter Ale yang ada di kepala saya adalah seorang lelaki yang nggak banyak bicara tapi hangaaaat banget. Apalagi kalau sama Anya. Ale juga karakternya cengegesan gitu deh. Banyak guyonnya. Jadi, di bayangan saya pun Ale ini tipe orang yang cool 🥶😆
Terlebih lagi sewaktu Ale diem-dieman sama Anya. Di bukunya diceritain kalau Ale super sabaaar banget nungguin Anya maafin dia. Setiap hari Ale usaha buat ngajak ngobrol Anya meski selalu ditanggapi Anya dengan sangat dingin. Bahkan, Ale setiap pagi bikinin kopi buat Anya meski selalu ditolak. Beda banget deh sama di filmnya yang kelihatan protektif dan temperamen 👀
Lalu, kalau karakter Anyanya sendiri di bukunya digambarkan kalau Anya sosok yang mandiri dan elegan. Cukup jauh berbeda dengan karakter yang ditampilkan di film. Tapi, ya mungkin memang untuk diadaptasi ke film butuh penyesuaian juga sih. Kalau nulis kan enak tinggal nulis meski ngayal haha 😁
Overall, saya nggak begitu menikmati filmnya. Dan kalau boleh jujur, sorry to say saya hanya bertahan 30 menit di awal. Aslinya udah mau tutup laptop aja sih. Tapi, saya penasaran juga dengan berapa banyak perbedaan antara buku dan filmnya hihi. Jadi, saya sih tetap tim baca buku hehe 💕
Nah, kalau teman-teman gimana nih? Udah baca dan nonton film Critical Eleven? Teman-teman tim manaaa hayooo?
PS. nggak enaknya kalau baca ebook ya gini nggak bisa foto-foto bukunya huhu. Boro-boro foto, screenshot aja nggak bisa 😅
12 comments
Jujur, kalau masalah cerita aku lebih suka novelnya. Pas baca novelnya, aku sampe baper dan mbrebes mili. Sementara pas nonton film nya, aku lempeng-lempeng aja 😅. Tapi aku tetep suka film nya sih. Soalnya yang main Reza Rahadian. Ganteng. 🤣🤣🤣
coba baca bukunya aja atau liat filmnya yg main reza rahadian hehe 😆
tapii karena penasaran jadi aku cobain dan ya nggak bisa lama-lama juga sih hehe
wah yang Trivortiare aku malah belum lihaaaat
ntar sih rencananya setelah baca bukunya baru lihat filmnya hehe 😁
waah mbak menjiwai sekali yaa 😁
eh tapi ada nangis sih di tengah bentar doang hehe 😁
hahahahaha iya kalo Reza yang main mah emang bikin suka jadinya ya
aku malam belum lihat film setelah Critical Eleven ini hehe
setuju mbak Janeeeee. aku juga suka banget scene di New York 💕