Prolog-Pesan Buat Keni
Keni,
Malam itu ada hal besar yang terjadi di rumah. Saya melihat ayah dan ibu beradu mulut. Tidak tahu soal apa. Yang jelas, mereka saling berteriak satu sama lain. Ayah tiba-tiba masuk ke dalam kamar. Tempat saya, kakak, dan adik berada. Ayah membuka lemari lantas mengambil sesuatu dan menyelipkannya di balik baju. Setelahnya, ia keluar lagi menemui ibu.
Teriakan kembali terdengar. Kami bertiga mengintip di balik dinding yang memisahkan kamar tidur dan ruang tamu. Saya melihat ibu menodongkan gunting pada ayah. Sedangkan ayah menodongkan pistol kepada ibu.
Keni, saya merasa tak pernah melihat pistol itu sebelumnya. Apakah itu korek api yang berbentuk pistol yang biasa ayah gunakan? Tapi, kenapa warnanya berbeda?
Keni, saya mengantuk.
Saat saya membuka mata, saya sudah berada di dalam mobil bersama supir, kakak, dan adik saya. Saya tidak tahu kami akan dibawa kemana. Saya tidur lagi karena malam sudah larut. Saat saya terbangun saya mencium aroma tanah khas pedesaan. Saya mengamati sekitar. Saya berada di kamar dengan dinding berkeramik putih sebagian. Lampunya temaram. Saya melihat kanan dan kiri. Adik dan kakak saya masih tertidur pulas. Oh, saya berada di rumah nenek.
Matahari perlahan muncul. Udara dingin perlahan mulai pergi. Bergantian dengan terdengarnya suara ayam berkokok. Kami bertiga sudah duduk manis di teras depan rumah. Sambil minum jamu buatan nenek, kami mengamati jalanan. Jalanan di sini sepi sekali, Keni. Tidak seperti jalanan di depan rumah. Sambil mengayunkan kaki dan meminum jamu perlahan, nenek bertanya hal-hal yang mudah. Saya semangat sekali bercerita kepada nenek karena kejadian semalam sangat menarik buat saya. Seperti adegan di film-film!
Saya melihat kakak tak melanjutkan minumannya. Ia memuntahkan sebagian karena tak menyukai jamu. Saya melihat raut wajah nenek yang terlihat sedih. Saya bingung, padahal kan kejadian semalam sangat seru sekali. Siang harinya, saya melihat ibu datang dengan becak. Saya senang sekali melihat ibu berada di sini. Seperti suasana saat pulang kampung setelah lebaran.
Tapi, mengapa ayah tidak ikut? Ah, mungkin nanti ayah menyusul.
Sore harinya ayah datang mengendarai mobil sedan yang semalam kami gunakan untuk menuju kesini. Bedanya, ayah seorang diri. Tidak dengan Pak Hamzah, supir kami. Tuh kan, ayah datang juga, Keni. Mungkin ini liburan. Tapi, sepertinya saya belum menerima rapor. Ah, sudahlah saya mau main sama kakak dan adik saja.
Keni, liburan kali ini tidak begitu menyenangkan seperti biasanya. Setelah beberapa hari, kami pulang dan saya sudah harus pergi ke sekolah lagi.
Baca cerita lainnya di sini 😁
5 comments
Hhmm so curious.. 😁
Aku suka mba.. peremajaan katanya bagus.. sukaaa 🥰😍😍
Mba Deaaa, nanti lanjutannya tetap diposting kah di sini? Semangat yaaa menulisnya! :D
Ini kunjungan pertama saya jd saya kurang mengenal siapa itu keni,,
Jd apa yng terjadi dgn bapak dan ibu itu??? Saya penasaran
Krena alur cerita berubah jd liburan
awal awal waktu belum buka postnya, sempet mikir pistol dan gunting kira kira apa ya hubungannya, ternyata ya ya ya aku jadi tau