Judul : Tempurung
Penulis : Oka Rusmini
Penerbit : Grasindo
Tahun terbit : 2017
Halaman : 404 halaman
Beli bukunya di sini.
Sinopsis
Tempurung adalah sebuah novel tentang hidup para perempuan berhadapan dengan tubuhnya, agama, budaa, dan masyarakat. Cerita ini mengisahkan perempuan-perempuan yang hidup di dunia perkawinan yang absurd. Jauh di lubuk hati mereka tidak menginginkan perkawinan, tetapi di sisi lain mereka butuh anak, kasih sayang, perhatian, dan sentuhan.
Perempuan-perempuan yang mencari cinta, kasih sayang, impian, bahkan mereka sendiri tidak tahu keinginan mereka, apa yang mereka mau, dan kadang mereka juga takut bermimpi.
Inilah novel tentang tubuh perempuan yang sesungguhnya tidak jadi milik mereka sendiri. Bahkan sering kali mereka juga gagap berhadapan dengan tubuh sendiri. Tubuh yang kadang tidak mereka kenal. Inilah kisah perempuan-perempuan yang tidak tahu apakah menjadi perempuan adalah sebuah anugerah atau justru kutukan.
Gimana novel ini?
Awalnya saya bingung banget dengan penokohan di novel ini. Karena memang nggak ada tokoh utama. Yang jelas, novel ini menceritakan kisah para perempuan yang saling berkesinambungan dengan peran masing-masing. Ibu, istri, anak, saudara.
Novel ini menceritakan bagaimana adat perempuan Indonesia yang cukup vulgar. Bagaimana seorang ayah begitu tega memperkosa anaknya, dan bagaimana hal ini menyebabkan trauma dan kebencian yang begitu mendalam pada lelaki. Terutama ayahnya hingga ada keinginan untuk membunuh.
Ada pula seorang anak perempuan yang ‘dijual’ keluarganya kepada lelaki kaya dengan harapan keluarga mereka akan ikutan kaya. Dalam hal ini, perempuan akan disalahkan dan mendapatkan label ‘pembawa sial’ kalau setelah perkawinan itu justru membawa keluarga dalam kondisi sebaliknya.
Baca juga: Married With Ex-Idol, Pernikahan dengan Idol yang Nggak Mudah
Cerita lainnya, ada pula ibu yang mengingatkan anaknya untuk tidak hanya setia pada satu laki-laki karena tubuhnya menjadi investasi mereka untuk menyelamatkan hidup. Pernah membayangkan bagaimana bisa seorang ibu berbicara seperti itu kepada anak perempuannya?
Anak laki-laki seolah menjadi primadona dalam keluarga. Seorang ibu bahkan menelantarkan semua anak perempuannya dan hanya memedulikan anak lelakinya saja. Karena, suami juga berkehendak seperti itu. Lalu, suatu ketika sang ibu stres dan meninggal. Suaminya pun dengan suka cita ‘membagikan’ anaknya kepada siapa saja yang mau merawat mereka. Manusiawi? Nggak. Ada di dunia nyata? Sepertinya iya.
Membaca novel ini membuat saya bertanya banyak hal perihal kemanusiaan. Salah satunya ada dialog antar lelaki yang sama-sama suka ‘jajan’.
“Kalau perkawinanmu bahagia, jangan sampai membawa pulang bekas makananmu di jalan ke rumah pulang. Buang. Cuci bersih tanganmu sebersih-bersihnya. Di depan anak istrimu, kau harus tetap kepala keluarga yang suci dan bertanggung jawab. Kau manusia baik. Lelaki hebat. Ayah bertanggung jawab. Suami setia. Makanya, cuci dirimu bersih-bersih. Kau boleh menjadi binatang di tempat tidur perempuan lain.”
Dialog ini membuat saya marah sekaligus bertanya-tanya. Bagaimana bisa seseorang selingkuh kalau orang tersebut bahagia dengan keluarganya? Betapa manusia bisa menjadi sangat serakah.
Novel ini memang menceritakan banyak kisah rumah tangga dengan begitu nyata. Memang tampak menakutkan, tapi begitulah adanya. Membaca novel ini membuat saya sadar bahwa begitu rumit untuk menjadi seorang perempuan.
Di satu sisi saya merasa bahagia, tetapi di satu sisi lainnya saya juga merasa was-was. Sejujurnya, dewasa ini saya jadi cukup takut untuk bepergian terlebih sendirian. Karena bagaimanapun saya menjaga diri, saya nggak bisa mengontrol pikiran orang lain.
Overall, novel ini rekomen banget buat dibaca. Meski ceritanya tentang perempuan, buku ini juga sangaaaatttt direkomendasikan untuk laki-laki. Mungkin dengan begitu beberapa laki-laki akan sadar kecemasan yang dihadapi perempuan.
Gaya bahasa novel ini cukup ringan dan mudah dipahami. Plotnya juga menarik. Tetapi, terkadang saya cukup bingung karena banyak cerita dari setiap tokoh yang berbeda-beda. Tetapi, ini nggak mengurangi pesan dari setiap cerita.
Latar Bali membuat saya sedikit bingung membaca novel ini karena nggak familiar hehe. Terutama dengan namanya. Jadi kadang saya sering lupa. Maklum, jarang-jarang saya baca novel yang latarnya di luar jawa. Tapi ini menarik. Saya jadi ingin baca banyak novel dengan latar berbeda. Teman- teman da rekomendasi? 😆
Beli bukunya di sini.
24 comments
tp sedih juga di beberapa tempat, terutama yang masih di desa-desa hal-hal kayak gini masih terjadi :(
aku pun pernah dengar cerita tentang pernikahan madura tapi nggak tahu kalau sampe se ngeri itu hehe
okeoke bakalan aku coba cariii
thank you rekomendasinyaaa
iya belakangan aku juga sedih banget baca banyak berita KS yang serem-serem
aku pun jadi makin was-was kalo pergi-pergi
Ya, sudah sepatutnya negara Konoha ini memiliki cara pandang baru, yang lebih layak tentang peran perempuan.
Kalo rekomendasi serupa kayaknya kk bisa baca Perempuan yang menangis kepada bulan hitam ttg adat kawin tangkap di Sumba (ini aku belum baca) tapi katanya bagus juga , terus Silsilah duka juga oke kak 😁 atau kalau mau tau dari latar negara berbeda bisa baca Perempuan di titik nol...duh ini juga 💔