Travel

FOLLOW US @ INSTAGRAM

Blogger Perempuan
Intellifluence Trusted Blogger

Banner Bloggercrony

Now We Are Breaking Up, Drama Romansa di Usia Dewasa

7 comments

Judul : Now, We Are Breaking Up

Genre : Romance

Episodes         : 16

Actors : Song Hye-kyo, Jang Ki-yong

Release date : 12 November 2021-8 Januari 2022


Spoiler alert!


Now We Are Breaking Up, drama yang sebenernya nggak sengaja saya tonton karena melihat ada mbak Song Hye-kyo. Setelah vakum 2 tahun, ngeliat Song Hye-kyo main lagi itu ibarat udah lama LDR-an trus mendadak ketemuan haha 😆 


Awalnya nggak ingin menuntaskan nonton drama ini, tapi kayak ada sesuatu yang unik di dalam ceritanya. Nggak kayak cerita kebanyakan, drama ini menceritakan kisah cinta designer berusia 39 tahun dan seorang fotografer terkenal 😌 


Baca juga: Bad and Crazy, Saat Ilmu Psikologi Disalahgunakan (Alter Ego)


Usia yang nggak lagi muda dan tentu memiliki cerita yang berbeda dengan anak muda usia 20an. Menonton drama ini membuat saya kagum akan kedewasaan seseorang dalam mengambil keputusan. Terutama dalam hubungan romansa 🌸 


Istri yang nggak bisa jadi diri sendiri


Saya nggak tahu apakah ini lazim terjadi di luar sana. Tapi, scene ibu Ha Young-eun yang meminta cerai pada suaminya membuat saya heran. Di usia mereka yang sudah memiliki anak usia 39 tahun, apakah nggak aneh untuk berpisah? 😮


Kebanyakan teman-teman yang tinggal di Jawa pasti sedikit memahami perkataan ini, wes tuwek iku opo sing digoleki? Ibaratnya, usia pernikahan 40 tahun bukan waktu yang sebentar. Tentu pasangan sudah melalui banyak rintangan hidup bersama yang membuat mereka saling mengenal dan beradaptasi satu sama lain 😬 


Tapi, di sisi lain saya jadi sadar. Kalau, bahkan di usia pernikahan 40 tahun, seorang istri ada yang nggak bahagia karena nggak bisa jadi diri sendiri. Seolah lelah menemani suaminya dan mengalah dalam banyak hal. Padahal, ya bukan hanya istri yang berkorban. Suami juga tentu melakukan pengorbanan yang bisa jadi nggak dipahami istri 🙂 


Pada adegan ini saya mengaris bawahi, bahwa komunikasi memang menjadi kunci utama. Tetapi memang bagian yang sulit adalah saat kita menginginkan komunikasi yang baik dan keterbukaan, tetapi pasangan nggak bisa atau nggak terbiasa untuk mengutarakan perasaannya atau yaaa love language nya beda 👀 


Promo Shopee. klik


Dalam drama ini diceritakan kalau ibu Young-eun nggak bisa jadi dirinya sendiri. Ia lelah dengan panggilan istrinya si bapak kepala sekolah atau ibunya Young-eun. Seolah ia nggak pernah diperkenalkan sebagai Kang Jung-ja, namanya sendiri. Di bagian ini saya kurang paham sih bagaimana orang korea memperkenalkan diri atau anggota keluarga 😬 



Kenapa orang lain ikut campur dengan kehidupan seseorang



Ada kata-kata Young-eun yang teramat sangat relate dengan banyaknya pertanyaan toxic. Saat sendiri ditanya kapan menikah, saat menikah ditanya kapan punya anak, saat memiliki seorang anak ditanya kapan nambah anak lagi 😶 


Selain dialog Young-eun, juga ada dialog Jae-guk yang mempertanyakan, mengapa orang lain harus sibuk mengurusi kehidupannya. Termasuk orang tuanya sendiri. Karena menurutnya, ialah yang menjalani kehidupan itu 👀 


To be honest, ini sangat menyuarakan isi kepala saya haha 😜. Saya pernah memikirkan itu tapi nggak berani menyuarakannya terlebih lagi dihadapan orang tua. Tahu kan orang bakalan bilang apa kalau saya mengutarakannya, anak durhaka. Yap. seketika mungkin itulah label yang akan saya dapatkan haha 🥴 


Saya kira, ini hanya pikiran nyeleneh saya dan hanya terjadi di Indonesia. Karena saya pikir karena Indonesia adalah negara yang memiliki tata krama, sopan santun, unggah ungguh pada orang tua. Tapi, nyatanya penulis script drama ini juga berpikiran sama. Saya salut banget penulis berani menyertakan dialog ini 👏🏽  


Meski kita seorang anak, bukan berarti hidup kita pun milik orang tua kita. Kitalah yang memiliki hidup kita sendiri. Lantas, mengapa orang lain harus sibuk mengatur hidup kita? Katanya sih, menginginkan yang terbaik untuk kita 👀


Hmm, apakah mereka benar-benar tahu apa yang terbaik untuk kita? 😕 Menurut saya sih nggak. Karena hanya kita yang tahu apa yang baik untuk diri kita. Karena kita sendiri yang paham betul apa yang bisa dan nggak bisa kita lakukan.


Orang lain boleh memberikan masukan. Tapi, nggak untuk memutuskan. Semua keputusan hidup ada di tangan kita sendiri 😊 


“Mereka tidak akan menjalani hidup kita, tapi mereka harus memberikan pendapat atas segalanya”


Seorang ibu yang nggak mau putranya memasak



Dalam drama korea ini juga terselip beberapa adegan patriarki. Salah satunya saat ibu Young-eun menginginkan bercerai. Ia beradu mulut dengan suaminya. Suaminya menganggap bahwa tugas seorang istri memanglah mengurus rumah dan anak. Sedangakn suami mencari nafkah 😶 


“Apa kamu pernah menghasilkan sepeser pun?”


Mendengar dialog ini rasanya saya pengen bilang, apakah kamu pernah memasak untukku? Hahahaha auto digampar kali ya 🤣 


Sampai-sampai, saat ibu Young-eun ingin berwisata dengan temannya, suaminya nggak mengijinkannya karena ia harus memasak untuk suaminya. Rasanya aneh ya. Bukannya makan itu kebutuhan semua orang? Lalu apa yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri? 👀


Ya makan lah. Masak sebisanya sendiri. Kalau nggak bisa masak, ya beli. Haha *digampar lagi sama netizen 🤣 


Dialog ini bikin saya kesal setengah hidup. Makanya saya setiap kali adek saya yang masih SD bilang lapar dan makanan belum siap, saya pasti minta dia untuk usaha. Kalau makanan belum matang, carilah sesuatu yang bisa dimakan di kulkas. Entah buah, jajanan, atau membuat susu 🥛 


Kalau nggak ada yang bisa dimakan di kulkas dan pengen makan cepat, ya sinilah bantu masak. Hahahaha 🤣 Saya memang nggak akan memudahkan hidupnya. Karena saya mau dia berdiri di atas kakinya sendiri dan melayani dirinya sendiri dengan tangannya. Bukan tangan orang lain ✌🏽 



Selain ibu Young-eun, ada pula adegan mertua Jeon Mi-sook yang datang ke rumah dan melihat putranya (suami Mi-sook) memasak. Sedangkan Mi-sook tidur karena sakit. Nah, si ibu mertua ini ngamuk ke Mi-sook karena menurutnya memasak adalah tanggung jawab istri. Suami nggak boleh masak. Bahkan, kalau suami masak itu dianggap nggak menghormati suami 😅 


Hadeeehhh~ 🥴🥴🥴


Didikan orang tua yang kayak gini nih yang pada akhirnya membuat seorang anak laki-laki merasa superior. Merasa harus dilayani 24/7. Lha, yakali lu nikah buat cari pelayan? Hire aja asisten rumah tangga kalau gitu mah 🙂 


Beruntung suami Mi-sook nggak mempermasalahkan itu. Dia bahkan dengan senang hati dan menunjukkan cintanya dengan membiarkan Mi-sook beristirahat dan ia melakuakn pekerjaan rumah 💕 


Tidak ada kata terlambat mencoba di usia 40 tahun



Udah usia 40an, punya pekerjaan yang keren sesuai passion, penghasilan juga gede. Siapa yang mau ninggalin kehidupan itu? Young-eun orangnya 🌸 


Adegan Young-eun yang memilih resign di tengah kejayaannya dan lebih memilih membangun merek fashion sendiri tanpa kepastian, membuat saya sedikit tenang. Bahwa, nggak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu terlepas bagaimana pun latar belakang kita 🙂 


Young-eun yang hampir berusia 40 tahun bahkan masih bersyukur kalau dia masih memiliki keberanian untuk memulai sebelum berusia 50 tahun. Padahal temennya sendiri, Hwang Chi-sook, bilang kalau usia 40 bukan lagi saatnya memulai sesuatu 👀 



Yaaa, kalau dipikir-pikir sih memang mending nyesel nyobain daripada nyesel karena penasaran nggak pernah nyoba kali ya hehe. Tapi, memang faktor usia membuat banyak ketakutan menghampiri pikiran 🙂


Kalau dulu jaman masih muda seolah nggak ada yang ditakuti dan dipikirkan. Seiring bertambahnya usia, makin banyak yang dikhawatirkan hehe 😁



Ahhh, saya suka banget dengan semua cerita di drama ini. Selain karena tokoh utamanya yang kalem (bahkan saat ibu Young-eun meminta bercerai, Young-eun nggak heboh ngamuk tapi justru memahami sang ibu), ada banyaak banget quote kehidupan yang bikin saya sadar sekaligus semangat. Salah satunya kata-kata Young-eun saat berani memutuskan resign dan mengejar mimpinya 💕 Ah, mbak Song Hye-kyo nih sa ae 💕💕


Baca juga: Memahami Emosi Diri dari Drama Yumi's Cells


Overall, drama korea Now We Are Breakin Up ini menyenangkan untuk ditonton. Ah ya, saya juga ngerasa kalau banyak jeda yang membuat keheningan lebih terasa pada kedua tokoh utama. Di situ saya merasa, ‘suka’ hehe 😁


Paling suka bangeeett dengan pengemasan ending di episode 16 yang memperlihatkan semua tokoh bersuka cita. Bahagia dengan cara mereka sendiri-sendiri 💕


Teman-teman ada yang nonton drama ini juga?
deamerina
Hai! Selamat datang di blog saya. Silahkan menyelami kegiatan yang saya lakuakn. Saya menulis berbagai macam hal seperti review film, buku, skincare, cerita jalan-jalan, dan penalaman pribadi.

Related Posts

7 comments

Aku sempat tinggal di Jepang 3.5 tahun mbak, dan di sana aku dituntut survive. Iyap bisa masak ya otomatis karena aku perempuan, tapi masalah alat pertukangan aku nggak ngerti. Bahkan cuma mau pasang lampu pun aku bingung.

Aku kebayang kalau punya anak laki-laki yang nggak bisa masak, waduh bisa survive nggak ya? Jadi nanti kalo punya anak entah laki-laki atau perempuan, aku mau ajarin survival skill buat hidup. Bukan kerjaan yang basic-nya gender, nanti gak survive kalo sendiri.
Ainun said…
aku tim yang belum nonton full
jadi aku liatnya kalau pas ada potongan-potongan adegan di timeline sosmed
baideweii, endingnya katanya kurang greget ya mba?
banyak bener list dramaku yang belum ditonton :D
Tapi di sini hubungan Ama pacarnya itu akhirnya pisah ambil jalan sendiri2 kan ya mba? Sebenernya itu yg bikin aku akhirnya lebih milih baca spoiler daripada nonton 😅. Aku tipe yg ga suka liat sad ending atau yg menggantung 🤣.

Padahal sbnrnya pengen nonton drama song Hye Kyo, apalagi udh lama dia ga main. Tapi ya sudahlah, baca spoilernya sampe ending aku juga udh puas kalo utk drama yg begini 👍.

deamerina said…
wah mbak Fan, justru aku nggak bisa liat yang sad ending or gantung. nyeseknya bisa lebay di akuu hahah apalagi kalo ceritanya ngenak banget 🤣
ini emang sempet pisah mereka, tapi ending nya mereka ketemu lagi dan barengan hehe
deamerina said…
hahha sekarang banyak ya potongan drama yang sliweran di medsos
antara jadi seneng nggak perlu lama-lama nonton udh tahu ceritanya dan jadi kepo. kalo aku sih malah yang jd kepo buat nontn full 🤣🤣
iyaa mbak Ainun, endingnya emang kurang greget
deamerina said…
hehe iya mbak bener banget. emang kudu dilatih dari kecil. at least kalo pun nggak bisa masak nggak masalah asal dia bisa mengatasi masalahnya sendiri dengan tidak merepotkan atau menggantungkan orang lain hehe
Furisukabo said…
Wah bener tuh kak. Di Korea itu mirip seperti adat Bali. Kalo sudah menikah nanti akan dipanggilnya istrinya bapak X (nama suaminya) atau kalau sudah punya anak, pasti jadi dipanggil Ibu (nama anaknya). Seperti di film ini pasti dipanggilnya Young-eun omma di kalangan tempat tinggal or temen-temen sesama buk ibuk. Begitu juga bapaknya kalo dipanggil orang lain jadi Young-eun appa. Tapi kalo di tempat kerja pasti dipanggil namanya sih hahaha
Jadi kalo uda punya anak, kaya nama aslinya ilang gitu...

Duh itu pertanyaan klasik tiap ketemu keluarga ato teman ya... "Kapan" Nanyanya basa-basi kepo gitu tapi ada tekanan gitu di dalamnya, terlebih kalo keluarga yang nanya hahaha

Setuju kak. Kalo suami cari istri cuma buat ngelayanin doang ya cari aja asisten rumah tangga ya bukan istri 🤣🤣🤣 Aku bersyukur punya suami yang ga nuntut aku masak wkwkwk Eh tapi aku malah kalo kepengen ya aku masak.. Kalo lagi ga mood, wes lah beli aja di luar... Uda gampang ini beli makan di luar... hehehe