Judul : Sayap-Sayap Patah
Durasi : 110 menit
Pemain : Nicholas Saputra, Ariel Tatum
Tahun rilis : Augustus 2022
Spoiler alert!
Ada yang ngefans sama bang Nichola Saputra?
Kalau iya kita sama hahahaha. Doi adalah alasan saya akhirnya nonton film Sayap-Sayap Patah. Nggak tahu kenapa ya Bang Nicholas ini padahal udah berumur tapi masih aja ehem. Kayak Gong Yo gitu nggak sih? Yang pesonanya nggak luntur oleh usia hahahahaha. 🤪
Btw, kisah ini berdasarkan kisah nyata Mako Brimob 2018. Saya baru tahu setelah nonton dan ini ngeri banget sih. Bisa bayangin sendiri gimana tegangnya rumah tahanan (rutan) jebol dan lokasi dikuasai oleh para napi. Beberapa polisi menjadi sandera bahkan ada yang meninggal.
Here we go, review film Sayap-Sayap Patah~
Sekilas Mengenai Film Ini…
Film ini menceritakan tentang kisah seorang polisi, Adji (Nicholas Saputra), yang sedang bertugas untuk menangkap terroris di Surabaya. Ia memiliki istri yang sedang hamil 7 bulan, Nani (Ariel Tatum).
Mereka hanya tinggal berdua di rumah. Seringkali Nani merasa kesepian di rumah karena Adji pergi dengan waktu yang nggak pasti. Kadang pagi-pagi banget udah pergi dan pulangnya malam sekali.
Pada kehamilannya yang semakin membesar, Nani mengkhawatirkan keselamatan Adji. Sampai suatu ketika dua rekan Adji menjadi korban bom bunuh diri yang terjadi di kantor polisi tempat Adji bekerja. Saat itulah Nani pada akhirnya memutuskan kembali ke Jakarta demi keselamatan kandungannya.
Setelah Adji berhasil menangkap beberapa terroris di Surabaya, ia dipindah tugaskan ke Jakarta. Saat itulah Adji dan Nani akhirnya dapat bersama kembali. Nani pun merasa sedikit tenang. Di rumah Nani juga ditemani oleh ibunya. Jadi Nani nggak begitu kesepian lagi.
Suatu pagi saat Adji akan berangkat, air ketuban Nani pecah dan detik-detik mendekati kelahiran pun dimulai. Adji sudah meminta ijin cuti, tetapi Nani nggak ingin mengganggu pekerjaan suaminya. Sehingga ia tetap meminta Adji mampir ke kanotrnya sebentar. Karena proses melahirkan masih memakan waktu 12 jam lagi.
Saat Adji pergi ke kantor polisi dan akan pulang, keributan terjadi. Para tahanan marah dan bentrok dengan petugas sel. Hingga para tahanan pun dapat membebaskan diri dan mereka menyandera beberapa polisi.
Konflik Batin Istri Menghadapi Resiko Pekerjaan Suami
Setiap pekerjaan memang memiliki resikonya tersendiri. Apalagi sebagai polisi seolah selalu dihantui kabar buruk. Itulah yang dialami oleh Nani sebagai istri seorang polisi yang bertugas menangkap terroris.
Kekhawatiran Nani akan keselamatan suaminya bikin dia jadi stress dan darah tinggi. Hal ini berpengaruh pada kehamilannya yang mengalami masalah. Sayangnya, Nani nggak jujur pada Adji kalau kehamilannya bermasalah.
Dari film ini saya jadi banyak belajar bagaimana menyikapi situasi tersebut. Kejujuran memang kunci utamanya. Meski kadang nggak mengenakkan dan ada rasa takut membebani, tapi harus dilakukan demi keduanya. Mungkin terlihat mudah diucapkan tetapi praktiknya bisa lain lagi hehe.
Baca juga: Review Film Kukira Kau Rumah, Angkat Isu Kesehatan Mental
Meski saya nggak tahu gimana rasanya di situasi si Nani, tapi saya jadi punya sedikit gambaran. Gimana stresnya di kehamilan yang makin besar dan tertekan dengan resiko pekerjaan suami yang menghantui setiap suaminya pergi.
Hal ini bisa menjadi poin perbincangan saat sebelum menikah. Mempertimbangkan setiap resiko pekerjaan dan solusinya. Karena dalam beberapa hal nggak memungkinkan juga meminta pasangan untuk resign. Saya yakin ini bukan keputusan yang mudah.
Yang bikin sedih adalah Nani terpaksa melahirkan tanpa ditemani Adji. Ini sedih banget. Saya menangis di bagian ini. Nggak bisa bayangin. Kalau saya jadi Nani kayaknya saya nggak bakalan ngebiarin Adji pergi sejak pagi ketuban pecah.
Nani ini juga ngadi-ngadi, udah bagus si Adji minta cuti nggak ngantor, eh malah disuruh ngantor hiks.
Serangan Terroris
Konflik dalam film ini adalah serangan terroris yang mengatas namakan agama. Aduh, saya benci banget dengan hal-hal seperti ini. Agama digunakan untuk alasan kejahatan. Sebel maksimal! Jadi keinget kejadian terroris di Surabaya beberapa tahun lalu yang meledakkan beberapa gereja.
Di film ini diceritakan jaringan terroris yang diorganisir oleh Leong. Leong ini mencuci otak para pengikutnya dengan dalih akan mendapatkan surga. Mirisnya dia juga mengorbankan anak di bawah umur, seorang remaja perempuan keponakan dari salah satu anggota barunya.
Saya seneng banget waktu Adji pada akhirnya bisa menangkap semua terorris. Meski terkesan pacenya cepat, tapi part penangkapan terroris ini jadi bumbu yang menarik. Mungkin karena memang fokus di film ini adalah romansa Adji dan Nani.
Kisah ini berdasarkan kejadian nyata yang terjadi di Mako Brimob 2018 lalu. Selengkapnya teman-teman bisa baca beritanya di sini.
Ketegangan terjadi sejak salah satu polisi adu mulut dengan Leong perihal paket. Leong dan tahanan lainnya berani banget nyerang polisi di balik jeruji sel sampai polisinya meninggal.
Baca juga: Review Drama Korea, Bad and Crazy, Alter Ego
Para tahanan pun keluar dan membebaskan semua tahanan. Begitu Gendis tahu tahanan jebol, dia langsung lari ngabarin Adji dan yang lainnya. Sayangnya mereka cuma bertiga di sana sedangkan tahanan banyak banget gengs.
Ini sih bagian yang paling tegang sampai satu studio gemes sendiri ribut. Untung Gendis sempat telepon komandan ngabarin. Tapi, ya begitulah bantuan datang cukup lama.
Polisi bertiga lawan tahanan yang buanyak jelas aja kalah. Polisinya jadi sandera yang satu per satu ditembak karena nggak mau ngasih tahu informasi keluarga komandan yang mengintrogasi Leong. Jadi si Leong ini kesel pas diintergoasi sampai nantangin. Dan dia mau balas dendam ke keluarga komandan.
Over all, film ini saya suka banget. Bahagia karena akhirnya bisa liat Nicholas Saputra main film lagi hahahahahahaha. Terakhir lihat Nicholas saputra main film di Paranoia tahun 2021.
Acting pemainnya cukup oke. Maaf banget kayaknya saya kebanyakan nonton drama Korea jadi terlalu dimanjakan dengan visual yang apik hehe. Gomenasai. Tapi, saya yakin acting pemain bisa lebih baik lagi.
Fix saya sebel sama Iwa K yang memerankan Leong. Doi ekspresinya bisa banget nyebelin! Apalagi pas nanyain remaja perempuan aduh rada genit gimana gitu. Dapetlah ini ekspresinya.
Karena film ini lebih fokus ke romansa Adji dan Nani, selipan tragedi terroris ini cukup menarik dan baru buat saya. Saya nggak begitu ingat tentang tragedi Mako Brimob 2018 soalnya hehe.
Di tengah kekhawatiran Nani dan ketegangan terroris, ada sedikit scene humornya. Komandannya nih waktu menginterogasi napi lucu banget pertanyaannya kayak nanyain anak kecil bukan napi hahha.
Oh ya, saya rasa beberapa dialog yang bisa diperbaiki untuk mendapatkan emosi penonton. Soalnya jadi terkesan nanggung dan sedikit jomplang. Dan entah kenapa rasanya saya merasa sedikit terganggu dengan beberapa sound yang kurang pas.
Saya berharap visual film Indonesia beserta acting pemainnya semakin baguuusss. Hayuukkk, nonton film Indonesia biar pegiat film makin semangat bikin film dan berkembang!
7 comments
padahal aslinya bagus
aku coba obyektif si pas liat trailernya
lumayan juga gambarin pas kejadiun itu pas polisinya disiksa
mana pas bom meledak aku dekat banget sama gerejanya dulu di surabaya kan selang sehari ya dari kejadian di mako brimob
nanti aku nonton deh
Tapi aku percaya film ini bagus, apalagi oemainnya dan sutradaranya ga main2 👍