“Unless someone like you cares a whole awful lot, nothing is going to get better. It's not."- Dr. Seuss The Lorax -
Beberapa hari lalu, saya dan adik menonton film yang dirilis tahun 2012 ini. Sebenernya saya sudah pernah nonton, tapi karena adik belum nonton dan film ini punya pesan yang bagus, jadi saya menemani adik menonton. Yang tentunya sambil menjelaskan pesan-pesan di baliknya hehe.
Film ini menceritakan tentang seorang anak bernama Ted yang tinggal di sebuah komplek. Suatu hari Ted penasaran akan wujud pohon sesungguhnya yang tumbuh dari tanah. Pohon yang selama ini dilihat Ted adalah pohon yang terbuat dari plastik dan dapat dikontrol menggunakan remot untuk berubah menjadi lampu disko.
sumber: Google |
Hingga Ted akhirnya berhasil keluar komplek dan terkejut dengan pemandangan dihadapannya. Tanah yang tandus dan gersang tanpa makhluk hidup. Ia pun menemui Onceler, seorang lelaki yang bertanggung jawab atas pemandangan menyedihkan tersebut.
Sebelumnya, wilayah tersebut adalah kawasan hutan yang rimbun tempat tinggal berbagai hewan dan tumbuhan. Hingga Onceler muda yang penuh ambisi datang ke tempat itu untuk membuat Thneed, sejenis syal, yang terbuat dari pohon Truffula.
Pepohonan ditebang dan berganti dengan didirikannya pabrik yang menimbulkan polusi. Ambisi Onceler membuat hutan yang indah menjadi gersang dan tandus seketika. Kombinasi yang sangat mengerikan antara nggak adanya pohon dan polusi udara akibat industri.
Sumber: Google |
Kondisi ini dimanfaatkan oleh seorang lelaki bernama Ohare untuk menciptakan sebuah komplek tertutup yang nggak ada makhluk hidup sama sekali, termasuk pohon.
Di dalam komplek tersebut manusia tinggal dengan berisikan benda-benda terbuat dari plastik yang menggantikan segala makhluk hidup. Komplek inilah yang menjadi tempat tinggal Ted selama ini.
Kalo nggak ada pepohonan, gimana mereka bisa dapat oksigen?
Ohare mengambil keuntungan dengan menjual oksigen dalam botol. Bisa kebayang kan gimana ribetnya? Mau napas aja harus bayar dulu, gengs. Bener-bener istilah hidup nggak ada yang gratis. Untuk kelanjutan filmnya teman-teman bisa langsung nonton di platform yang tersedia yaa hehe.😜
Bumi Sedang Tidak Baik-Baik Saja
Setelah menonton film ini saya jadi kepikiran. Waduh, kalau mau napas aja harus bayar, gimana jadinya?
Meski cuma film, tapi rasanya ada ketakutan tersendiri akan hal tersebut menjadi kenyataan. Pasti kamu udah sering mendengar dong gimana parahnya perubahan iklim belakangan? 😰
Banjir yang lebih parah dari biasanya, kemarau yang berkepanjangan dan menyebabkan kebakaran hutan, jalanan yang jadi lebih macet dan bikin sesak napas. Pokoknya terasa ada yang aneh dengan bumi kita.
Atau kalau kamu nggak tahu berita di atas, ngerasa nggak sih kalau belakangan cuaca sering nggak menentu dan terasa lebih panas dari biasanya? 🥵
Buat saya yang tinggal di Surabaya, yang paling terasa nyata adalah jalanan yang makin maceeettttt dan jadi puanas banget. Mana nggak semua jalanan ada pohonnya pula.
Nah, Selimut polusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim. Perubahan iklim inilah yang saat ini sedang terjadi. Mulai dari suhu yang terasa lebih panas dari biasanya hingga berbagai bencana alam.
Polusi, Memangnya Benda Apa Itu?
Dilansir dari lindungihutan.com, polusi adalah keadaan saat senyawa kimia atau polutan masuk ke dalam suatu lingkungan yang berujung merusak kondisi lingkungan serta ekologi dan menimbulkan bahaya bagi makhluk hidup.
Sebenarnya ada berbagai macam polusi berdasarkan penyebabnya, yaitu polusi udara, polusi air, polusi tanah, polusi cahaya, polusi suara, polusi panas, polusi logam berat, polusi radioaktif, dan polusi visual.
Kali ini saya bakalan lebih spesifik untuk membahas polusi udara yang dapat menyebabkan perubahan iklim.
Mengenal Efek Rumah Kaca
Pada dasarnya, bumi membutuhkan gas rumah kaca supaya suhu bumi tetap terjaga. Ini diperlukan agar perbedaan suhu antara siang dan malam tidak terlalu besar (DLHK Prov Jogja).
Secara alami hangatnya suhu bumi didapatkan dari panas matahari dan kegiatan manusia. Saat panas matahari sampai ke atmosfer, ada sebagian panas yang terperangkap di atmosfer bumi (yang membuat bumi hangat) dan sebagian lagi dipantulkan ke angkasa. Kondisi inilah yang disebut efek rumah kaca.
sumber: amoungguru.com |
Atmosfer bumi memiliki gas-gas yang dapat menangkap panas matahari, yaitu karbon dioksida (CO2), nitrogen dioksida (N2O), metana (CH4), dan freon (SF6, HFC, dan PFC). Gas-gas inilah yang disebut gas rumah kaca.
Gas rumah kaca secara alami dihasilkan dari kegiatan manusia sehari-hari. Seperti menggunakan listrik, menggunakan kendaraan bermotor, membakar sampah, produksi makanan yang kita makan, dan banyak kegiatan sehari-hari lainnya.
Namun, semakin meningkatnya kegiatan industri dan penggunaan energi, emisi gas CO2 yang dihasilkan semakin meningkat sejak tahun 1950. Gas-gas tersebut kemudian terperangkap di atmosfer bumi hingga menyebabkan suhu bumi meningkat dan menyebabkan terjadinya perubahan iklim.
Polusi Udara yang Menyebabkan Perubahan Iklim
Pencemaran udara saat ini dapat dirasakan secara langsung. Bahkan menurut Natural Resources Defence Council (NRDC), dari 10 manusia 9 diantaranya saat ini menghirup udara dengan kandungan polutan yang melebihi batas aman kesehatan manusia berdasarkan pedoman WHO.
Saya nggak heran dengan penelitian tersebut karena memang begitulah kenyataannya. Saya pribadi merasakan betapa buruknya polusi udara bahkan sejak beberapa tahun lalu.
Saat itu, setelah beberapa tahun tinggal di Balikpapan saya baru saja kembali ke Surabaya untuk liburan sekolah. Sebelumnya, saya tinggal di Surabaya dan terbiasa mengendarai motor.
Tetapi, anehnya saat saya pulang untuk liburan, saya sempat merasakan sesak napas di jalan. Kondisi jalanan waktu itu sedang macet dan saya tidak menggunakan masker. Saat itulah saya sadar betapa buruknya polusi udara untuk kesehatan manusia dan tentunya untuk lingkungan juga.
Surabaya sebagai kota termacet berdasarkan penelitian yang dilakukan INRIX tahun 2021 (dilansir dari Kompas), membuktikan bahwa masyarakat Surabaya lebih banyak menggunakan kendaraan bermotor untuk beraktivitas.
Meningkatknya volume kendaraan berimbas pada kualitas udara yang menurun. Pembakaran bahan bakar fosil disebut sebagai penyebab utama polusi udara. Kendaraan bermotor melepaskan gas karbon monoksida yang tinggi dan menyebabkan polusi udara.
Selain dari kendaraan, kegiatan industri juga berperan dalam menyumbang polutan dan mencemari udara, seperti sulfur dioksida, nitrogen oksida, dan karbon monoksida. Saat gas ini mencemari udara, manusia yang menghirupnya akan mengalami gangguan pernapasan hingga dapat memicu penyakit kronis.
Sampah juga berperan dalam menyebabkan polusi udara. Semakin padat suatu daerah, maka sampah yang dihasilkan akan semakin banyak. Selain baunya yang tidak sedap, tumpukan sampah dapat mengeluarkan gas berbahaya, yaitu metana dan karbon monoksida.
Dalam hal ini ada banyak penyebab polusi udara lainnya yang mengakibatkan perubahan iklim. Seperti ventilasi ruangan yang tidak memadai hingga menyebabkan penggunaan energi berlebih, kebakaran hutan, kegiatan rumah tangga, kegiatan pertanian, kegiatan tambang, penebangan liar, dan banyak lainnya.
Dampak Polusi Bagi Perubahan Iklim
Saya nggak bisa membayangkan bagaimana kondisi udara jika semua kegiatan di atas dilakukan secara terus menerus di suatu wilayah dalam jangka waktu lama? Asap kendaraan bermotor, asap industri, dan sampah yang menumpuk.
Sedangkan pohon sebagai sumber oksigen dan ruang terbuka hijau untuk resapan semakin berkurang. Pada akhirnya nggak heran kalau udara terasa semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim hingga menimbulkan berbagai bencana.
Di Indonesia sendiri perubahan iklim telah terjadi perlahan di setiap daerah. Data dari BMKG menyebutkan bahwa ada kenaikan suhu pada bulan Agustus 2022 sebesar 0,35°C. Yang sebelumnya suhu normal pada bulan Agustus periode tahun 1991-2020 di Indonesia adalah 26,46°C kini menjadi 26,81°C.
- Banjir
Peningkatan suhu ini menyebabkan semakin banyak air yang menguap dan menyebabkan curah hujan meningkat.
Menurut BMKG, sebagian besar wilayah di Indonesia tahun 2022/2023 memasuki musim hujan lebih awal dibandingkan periode tahun 1991-2020. Musim hujan yang terjadi lebih awal ini telah telah menyebabkan banjir di sejumlah daerah.
Jakarta bahkan mengalami banjir pada bulan Juli 2022 lalu yang merendam sejumlah wilayah. Padahal, musim hujan seharusnya dimulai pada Oktober hingga April.
Di kota yang sama, Jakarta juga lagi-lagi mengalami banjir pada awal Oktober hingga merusak bangunan dan menyebabkan korban jiwa. Bukan hanya Jakarta, beberapa daerah lain juga dilanda banjir, seperti Balikpapan, Sumbawa, Bali, dan banyak tempat lainnya.
Banjir di Bali. Sumber: Kompas.com |
Bencana ini turut berdampak pada perekonomian. Pada acara HSBC Summit 2022, 'Powering the Transition To Net Zero: Indonesia's Pathway for Green Recovery', yang diadakan September 2022 kemarin, Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan mengatakan bahwa kerugian ekonomi Indonesia yang disebabkan oleh perubahan iklim diperkirakan mencapai Rp 112,2 triliun pada 2023.
Kerugian ini akan dimulai secara bertahap dengan adanya tekanan inflasi yang disebabkan menurunnya gangguan rantai pasok nasional dan internasional akibat terjadinya banjir dan badai.
Di Indonesia sendiri telah mengalami peningkatan level permukaan air laut sekitar 0,8-1,2 cm per tahun. Sedangkan emisi gas rumah kaca meningkat sekitar 4,3% setiap tahun pada tahun 2010-2018. Suhu rata-rata turut meningkat 0,03° C setiap tahun.
- Penyakit
Perubahan iklim berdampak besar bagi kehidupan manusia. Selain lingkungan yang rusak, udara yang tercemar dan dihirup olah manusia secara terus menerus akan menyebabkan berbagai penyakit pernapasan. Terlebih bagi usia yang rentan seperti balita dan lansia.
Berbagai penyakit tidak menular yang disebabkan oleh polusi udara adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), tuberkulosis (TBC), asma, penyakit jantung, dan penyakit paru-paru kronis. Kandungan berbahaya dalam gas CO pada udara yang tercemar juga dapat menyebabkan kematian.
Berdasarkan studi yang dipublikasikan di Lancet, pada tahun 2019 sekitar 6,7 juta orang di seluruh dunia meninggal dunia akibat polusi udara. Pada studi disebutkan bahwa sekitar 90% kematian terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. India menempati peringkat teratas dengan kematian sebanyak 2,36 juta. Pada urutan kedua diduduki China dengan 2,1 juta kematian.
Tentu kita nggak menginginkan menduduki peringat teratas bersama kedua negara tersebut, bukan?
Terjadinya banjir dan timbulnya berbagai penyakit yang menyebabkan kematian hanyalah beberapa di antara dampak polusi udara bagi manusia. Menurut laporan PBB yang ditulis AP News, dampak perubahan iklim saat ini semakin parah yang menyebabkan bencana berturut-turut. Mulai dari gelombang panas di India dan Eropa, kekeringan di China dan Tanduk Afrika, serta banjir yang terjadi di Pakistan.
Peran Hutan Sebagai Solusi Perubahan Iklim
sumber: Google |
Hutan memiliki peran penting bagi seluruh spesies dalam menjaga kesimbangan iklim. Dari seluruh daratan di bumi, hutan memiliki luas hampir sepertiganya dan memiliki pengaruh sangat besar dalam mencegah perubahan iklim.
Pohon dapat menyerap karbon dioksida dan mengubahnya menjadi oksigen melalui proses fotosintesis. Penyerapan karbon inilah yang membuat hutan memegang peranan penting dalam menjaga suhu bumi tetap stabil.
Saat pohon ditebang, maka penyerapan karbon akan terhenti sehingga karbon yang ada di udara semakin banyak. Kegiatan pembakaran pohon dan pembusukan juga menyebabkan karbon terlepas di udara.
Bukan hanya itu, hutan juga memiliki peran lainnya dalam mencegah perubahan iklim, seperti:
- akar pohon dapat mengikat tanah dan mencegah terjadinya longsor
- menyerap karbon dioksida sehingga mendinginkan suhu bumi
- menghasilkan oksigen untuk makhluk hidup
- mencegah terjadinya banjir
- sumber air bersih
- tempat tinggal berbagai makhluk hidup
- manfaat hasil hutan
- dll
Perlunya Kebijakan untuk Mengatasi Perubahan Iklim
Demi menjaga keberlangsungan semua makhluk hidup dan alam, hutan perlu dijaga kelestariannya. Menghindarkan hutan dari kepentingan pribadi merupakan tugas setiap lapisan masyarakat. Baik masyarakat sipil, organisasi, pemerintah, swasta, dan akademisi. Bukan hanya menjaga hutan, tetapi juga dibutuhkan kolaborasi dari setiap pihak untuk mengatasi perubahan iklim dari kegiatan sehari-hari.
Saya cukup miris melihat kondisi bumi saat ini. Hutan yang mulai gundul, es di kutub yang mencair, udara yang nggak layak hirup, hingga penyakit kronis yang bertambah. Kalau saat ini saja bumi sudah mengalami krisis seperti ini, lalu, kira-kira berapa tahun lagi kita bisa bertahan?
Apakah anak-anak bakalan sempat melihat hutan dan menikmati udara sejuk? Hadeh, jangan sampai deh anak dan cucu nantinya bernasip sama kayak Ted di film ‘Dr. Seuss The Lorax’ yang nggak ngerti bentuk pohon beneran. Sedih banget.
Membatasi Penggunaan Kendaraan Pribadi
Dalam situasi ini, pemerintah perlu membuat kebijakan yang dapat mengatasi perubahan iklim, salah satunya dengan membuat kebijakan terkait peraturan transportasi umum. Mengingat semakin banyaknya kendaraan pribadi yang menyebabkan kemacetan serta mencemari polusi udara. Saya rasa kalau nggak ada kebijakan yang tegas, masyarakat akan menyepelekan. Seperti yang sudah-sudah.
Untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, saya rasa perlu dibuat peraturan yang tegas.
1. Electronic Road Pricing (ERP)
Indonesia dapat mencontoh Inggris dan Swedia dalam penerapan ERP di jalan raya. ERP ini memiliki cara kerja hampir sama dengan jalan tol. Pengendara yang ingin melewati jalan raya dengan kendaraan pribadi yang dikenal macet harus membayar sejumlah tarif. Aturan ini berlaku pada jam 7 pagi hingga 6 sore.
Di London, mereka yang ingin melewati jalanan kota besar dengan kendaraan pribadi diwajibkan membayar sebesar 11,5 Poundsterling atau setara dengan Rp220.000. Dengan menerapkan kebijakan ini diharapkan masyarakat akan merasa enggan dan lebih memilih transportasi umum.
Tentunya dengan menerapkan kebijakan ini, pemerintah setempat juga turut memperbaiki fasilitas transportasi umum supaya masyarakat lebih aman dan nyaman. Mengganti kendaraan yang sudah tidak layak, menambah jumlah halte, penambahan rute, dan jam kedatangan kendaraan on time.
Berjalan kaki di kota besar memiliki tantangan tersendiri, seperti trotoar yang kurang memadai, polusi kendaraan, kurangnya pepohonan, serta riskan menjadi korban catcalling. Point terakhir ini memang sedikit susah mengatasinya karena berhubungan dengan perilaku masyarakat.
Cuaca yang panas dan kurangnya pepohonan membuat banyak orang enggan untuk berjalan kaki. Kalau berjalan kaki aja malas, gimana mau terbiasa menggunakan transportasi umum?
Belum lagi jika jarak menuju atau dari halte cukup jauh dan tidak ada kendaraan pengumpan. Dalam hal ini DISHUB juga perlu bersinergi dengan DKRTH untuk membuat pejalan kaki lebih nyaman.
Hal ini jugalah yang membuat banyak orang merasa lebih nyaman menggunakan ojek online karena nggak perlu berjalan kaki lagi. Sebenarnya apakah ojek online dapat dikatakan transportasi umum?
Karena pada kenyataannya, banyak orang memutuskan membeli kendaraan untuk menjadikan ojek sebagai pekerjaannya. Keputusan ini pula yang akhirnya membuat tingkat kemacetan semakin bertambah
2. Meningkatkan Pajak Kendaraan Pribadi
Untuk memiliki kendaraan pribadi di beberapa negara maju cukup sulit. Bisa jadi harga beli mobilnya cukup murah, tetapi ada biaya pajak dan sertifikat kepemilikan yang sangat mahal.
Di Singapura sendiri untuk memiliki mobil, masyakarat perlu membayar pajak 4x lebih mahal dari mobilnya. Hal inilah yang membuat Singapura dan beberapa negara maju lainnya dapat mengatasi kemacetan.
Indonesia dapat mencontoh Singapura dalam hal ini. Menerapkan pajak kendaraan pribadi yang jauh lebih mahal sehingga masyarakat akan lebih memilih menggunakan transportasi umum sebagai mobilitas.
Kebijakan ini juga bisa didukung dengan kebijakan lainnya seperti membatasi kenaikan jumlah mobil pribadi. Pemerintah singapura hanya memperbolehkan kenaikan 0,25% jumlah kendaraan pribadi per tahunnya (2017).
Dengan begitu, diharapkan masyarakat akan lebih bijak dalam memilih transportasi yang digunakan. Banyak hal yang bisa kita contoh dari negara maju mengenai manajemen transportasi mereka. Terkadang kita memang perlu dipaksa untuk melakukan sesuatu agar terbiasa dan menjadi lebih baik.
Adanya kebijakan pemerintah dan kerjasama dari berbagai pihak akan membuat permasalahan iklim ini dapat diatasi #UntukmuBumiku. Tetapi, bukan berarti kita hanya mengandalkan pemerintah saja. Secara individu ada berbagai cara untuk mengurasi dampak #SelimutPolusi dari kegiatan sehari-hari.
Dari makananan yang kita pilih, barang yang kita konsumsi seperti pakaian, membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan hal yang tidak perlu, dan memilih transportasi umum saat akan bepergian. Semuanya dapat dilakukan secara bertahap sambil menyesuaikan diri. Jadi #TeamUpForImpact dari sekarang yuk!
Para Blogger Perempuan juga bisa ikutan berkontribusi dengan memberikan saran kebijakan untuk perubahan iklim lho.
Yuk, #MudaMudiBumi turut jaga bumi dimulai dengan langkah kecil! Kalau bukan kita, siapa lagi?
***
Sumber:
1. https://lindungihutan.com/blog/polusi-adalah-pengertian-dan-dampak-polusi/#rb-9-polusi-visual
2. https://dlhk.jogjaprov.go.id/mengenal-lebih-dekat-gas-rumah-kaca&sa=D&source=docs&ust=1665448011082859&usg=AOvVaw2ZeApLB9F71HnVh-6vgNkz
3. https://surabaya.kompas.com/read/2022/01/13/143355678/5-kota-termacet-di-indonesia-surabaya-geser-jakarta-dari-peringkat-1?page%3Dall&sa=D&source=docs&ust=1665448011082360&usg=AOvVaw1mTa4yCvAzxlNvfgKtM_tm
4. https://www.bmkg.go.id/iklim/?p%3Dekstrem-perubahan-iklim&sa=D&source=docs&ust=1665448011080024&usg=AOvVaw0ZrtuPko7fU_h7BOTPMtd8
5. https://www.bmkg.go.id/iklim/prakiraan-musim.bmkg&sa=D&source=docs&ust=1665448011085044&usg=AOvVaw1FlMKrUj38JM_h1PrZvbNd
6. https://www.kompas.com/tren/read/2022/07/16/133000265/lokasi-dan-penyebab-banjir-di-jaksel-jakbar-dan-jaktim-16-juli-2022?page%3Dall&sa=D&source=docs&ust=1665448011085918&usg=AOvVaw0tgc-f5wJNMBAE5KoHJL16
7. https://www.thelancet.com/journals/lanplh/article/PIIS2542-5196(22)00090-0/fulltext&sa=D&source=docs&ust=1665448011080687&usg=AOvVaw2S4XcxUxh1EdBkz6fPiiQF
8. https://apnews.com/article/science-united-nations-antonio-guterres-climate-and-environment-0e42c250f29f496169b2f2f029ccc5c0&sa=D&source=docs&ust=1665448011081492&usg=AOvVaw13qrDZ3Z2ySEQ_kdZu9h80
1 comment
HSBC dari dulu perusahaan yg sangat menjaga lingkungan. Aku tau Krn pernah 13 THN kerja di sana. Dulu sempet ngedumel Krn orang2 cabang wajib beli kertas dari perusahaan yang sudah ditunjuk oleh HSBC, hanya Krn perusahaan itu commit utk menanam kembali pohon yg mereka jadikan kertas. Ada certificate ya, dan itu setiap THN direview oleh hsbc. Hrgnya jelas lebih mahal yg bikin orang2 cabang ngomel. Soalnya kami kan diksh target cutting cost juga 🤣. Gimana bisa cut cost kalo hrg kertas nya aja mahal. Mau beli yg murah tp perusahaannya ga punya komitmen utk menanam pohon kembali.
Tapi JD sadar kalo itu langkah kecil yg dipilih HSBC utk menjaga lingkungan.