“Dari traveling, saya belajar banyak hal mengenai kehidupan. Traveling bukan hanya perihal jalan-jalan untuk menyenangkan diri sendiri, tetapi untuk mengajari saya bagaimana hidup berjalan dengan beragam warna.”
Traveling. Kegiatan yang sejak dulu saya dan keluarga sukai. Menjadi momen di mana saya dan keluarga bisa bepergian bersama. Hingga lambat laun, beranjak dewasa saya menyadari bahwa traveling bukanlah sekadar jalan-jalan belaka. Bukan hanya kegiatan untuk menyenagkan diri sendiri. Traveling memiliki makna lebih dari itu.
Hobi Traveling yang Menular dari Orang Tua
Dulu sewaktu saya kecil, ayah sering banget mengajak kami jalan-jalan pakai mobil. Setiap kali libur lebaran, kami punya rutinitas pergi ke Bali setelah solat ied dan berkunjung ke rumah saudara. Rumah nenek yang ada di Lumajang menjadi permulaan dari perjalanan panjang menuju Bali.
Ayah paling suka mengendarai mobil sendiri setiap kali bepergian. Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Bali, bahkan Lombok ayah sanggup menyetir sendiri. Maklum, anaknya 3. Jadi biar nggak rempong adalah salah satu alasan.
Di dalam mobil inilah saya lebih banyak mendengar cerita masa muda orang tua saya sambil mendengarkan lagu-lagu band Radja, Peterpan, dan sebangsanya yang diulang-ulang sampai lokasi tujuan.
Pelajaran yang selalu bikin ayah keringat dingin masa sma, ibu yang dulu hobi bolang sampai sepatu barunya jebol waktu susur pantai, dan banyak lainnya.
“Dulu Papa pernah waktu ke Lombok malem-malem, di pinggir jalan ada perempuan yang bawa pisang banyak mau nunut. Di mobil, mbaknya diem aja nggak ngomong apa-apa cuma ngasih Papa pisang. Karna laper, yaudah Papa makan. Terus, karna mbaknya diem aja, Papa sampe lupa kalo ada orang di kursi sebelah. Eh, tapi pas Papa noleh kok udah nggak ada. Papa langsung nyari rumah warga numpang ke kamar mandi.”
Sepanjang perjalanan banyak kisah baru yang saya dengar. Traveling membuat saya lebih mengenal orang tua saya. Mungkin, karena itulah saya menjadi suka momen bepergian. Bukan hanya tujuan liburan yang membuat saya bersemangat. Tetapi, mendengar cerita lucu, haru, sedih, bahkan horror dari kedua orang tua.
Pertama Kali Traveling Bersama Teman
Beranjak dewasa, meski tetap menyukai jalan-jalan, tetapi ada yang kurang saat pergi dengan keluarga. Begitu masuk kuliah, teman-teman mengajak saya untuk touring menggunakan motor ke Pantai Goa Cina di Malang.
Snorkeling di Pantai Bolu-Bolu |
Sebagai anak perempuan satu-satunya, cukup sulit mendapatkan ijin dari ayah. Kalau ibu mah, ngikut aja apa kata ayah.
Meski nggak mendapatkan ijin, saya tetap packing. Malam harinya saya menulis surat curahan hati seorang anak perempuan yang mempertanyakan banyak larangan yang nggak pernah saya dapatkan penjelasannya. Tenang, saya nggak minggat kok hehe.
Keesokan paginya saya tetap pamit berangkat pada orang rumah, termasuk ayah. Saat itu, beliau masih dalam kondisi mengantuk jadi nggak begitu sadar hehe. Jangan ditiru ya. Nggak lupa suratnya saya letakkan di meja kerja ayah.
Sesampainya di pantai, sambil berbaring di atas tumpukan pasir yang lembut dan hangat bersama teman-teman, saya mengirimi ayah pesan. Isinya, ajakan untuk pergi ke pantai itu bersama keluarga. Sempat takut ayah marah karena saya tetap pergi, beruntung ternyata ayah nggak marah hehe.
Sejak saat itu, saya jadi sering berpergian dengan teman-teman. Orang tua juga memahami dan mengijinkan. Mereka tahu, bahwa anaknya butuh melakukan perjalanan untuk menemukan jati diri dan mengenal kehidupan dewasa.
Mereka paham nggak selamanya rumah dan sekolah menjadi tempat yang baik untuk belajar. Begitu pula pengetahuan dan cerita-cerita mereka. Mereka mengerti kalau saya juga butuh untuk merasakan secara langsung kisah yang banyak mereka ceritakan.
Memberanikan Diri Solo Traveling
Setelah disibukkan dengan skripsi, perlahan saya mulai kehilangan teman perjalanan. Hingga saya lulus dan bekerja, banyak teman yang sudah mulai memiliki kesibukannya masing-masing. Sejujurnya, saya rindu bepergian dengan teman-teman.
Ini waktu ke Gunung Kelud Kediri pasca erupsi |
Sayangnya, kami nggak memiliki waktu yang cocok untuk bepergian. Pada saat itulah, saya akhirnya memberanikan diri untuk solo traveling. Beruntung ada Traveloka yang memudahkan segala kegiatan booking kereta, hotel, hingga kegiatan seru yang bisa dilakukan. Berkat Traveloka solo traveling nggak bikin pusing. Tinggal pesan di satu aplikasi.
Saya ingat pertama kali solo traveling, saya naik kereta ke Malang. Selama perjalanan saya khawatir banyak hal. Gimana kalau saya ketinggalan kereta? Gimana kalau barang saya ada yang dicuri? Dan banyak kekhawatiran sepele lainnya. Dan seiring berjalannya waktu saya mulai lebih santai dan berani berkelana semakin jauh sendirian.
Apalagi saya tipikal orang yang malu berbicara dengan orang asing. Perlahan, saya mulai terbiasa dan justru merasa nyaman. Melakukan solo traveling membuat saya bisa mendengarkan banyak cerita menarik dari orang asing.
Yang awalnya saya merasa canggung ketika ditanya penumpang di sebelah saya, lama kelamaan saya justru ingin mendengarkan banyak cerita menarik orang-orang. Dari melakukan solo traveling saya jadi tahu kalau saya menyukai bertemu orang baru.
Dengan melakukan solo traveling, saya lebih bisa mengenal diri saya sendiri. Ada kalanya saya membutuhkan teman perjalanan, tetapi solo traveling juga menjadi momen di mana saya lebih bisa menikmati waktu dan lebih peka dengan sekitar.
Saya ingat sebuah percakapan di kereta saat ada 2 kubu pendukung sepak bola yang bersitegang. Suasana yang memanas, membuat banyak orang resah dan khawatir ntuk beoergian ke dua daerah tersebut. Kebetulan saat itu saya dalam perjalanan pulang dari Malang.
“Ada yang punya tas ini?” tanya petugas kereta di gerbong saya. Merasa tidak mendapat jawaban, petuga itupun berlalu. Terdengar suara bisik-bisik, “Bom ta iku?”
Traveling Sambil Berbagi
adik-adik Kelas Inspirasi |
Perjalanan traveling saya nggak berhenti hanya dengan solo traveling saja. Saya ingat suatu hari seorang teman mengajak saya traveling sambil menjadi relawan dokumentasi di salah satu komunitas, Kelas Inspirasi.
Berkunjung ke sekolah dasar di pelosok dan dilanjut jalan-jalan setelah acara? Menarik!
Lamongan menjadi kota pertama yang saya datangi mengikuti acara ini. Bertemu dengan adik-adik yang lucu dengan beragam cerita polos cita-cita mereka membuat saya candu. Hingga setiap kali saya jenuh dengan pekerjaan, saya melarikan diri mengikuti Kelas Inspirasi dari kota ke kota. Malang, Mojokerto, Solo, Semarang.
Meski kegiatan ini bertujuan untuk memberikan inspirasi kepada adik-adik. Tetapi saya justru yang mendapatkan banyak inspirasi dari mereka dan relawan lainnya. Banyak cerita mereka yang menarik dan inspiratif membuat saya menjadi lebih candu melakukan traveling.
Setiap perjalanan di atas memiliki kesan tersendiri untuk saya. Dari sekolah ke sekolah, saya bertemu dengan adik-adik dan relawan yang beragam. Dari sekolah biasa di pelosok hingga sekolah luar biasa.
“Aku mau jadi supir truck kayak bapak!” kata seorang anak bersemangat saat saya bertanya mengenai cita-citanya.
Sampai sekarang saya masih ingat jawaban anak tersebut. Saat itu saya bingung harus sedih atau senang. Yang jelas, saya merasa miris. Ingin tersenyum tapi ada perasaan tertahan.
Saya Perlu Menemukan Diri Saya Lagi
Traveling menjadi salah satu cara saya untuk mengikuti suara hati dan jalani hidup sesuai dengan yang saya inginkan dan butuhkan. Kalau ditanya perjalanan mana yang paling berkesan, jujur saya nggak bisa jawab cuma satu. Karena masing-masing perjalanan selalu memiliki kesan tersendiri buat saya.
perjalanan ke.... lupaaaa haha |
Dari tahapan traveling yang saya lalui sejak kecil, saya telah bertemu banyak orang dan mendengarkan banyak cerita. Setiap langkah perjalanan membawa saya menjadi pribadi yang lebih baik.
Namun, sayangnya sejak pandemi, ada banyak hal terjadi dan membuat saya jatuh bangun. Di usia yang semakin bertambah, banyak pula kegalauan yang menghantui. Semakin hari rasa-rasanya saya nggak bisa benar-benar hadir dalam setiap kegiatan.
Dalam mengembalikan semangat untuk menjalani hidup, saya ingin melakukan perjalanan yang saya idam-idamkan untuk berkontemplasi. Aroma laut dan sejuknya udara pegunungan membuat saya rindu untuk sejenak kembali ke alam.
Saya ingin melakukan perjalanan yang sesungguhnya untuk healing. Merefresh pikiran dan hati. Mencoba berbagai kegiatan yang nggak pernah saya lakukan. Mengunjungi tempat baru dan menantang menjadi kegiatan yang ingin saya lakukan di tahun 2023.
Bali, Keindahan Pulau Dewata yang Tidak Ada Habisnya
Mengunjungi Bali menjadi wishlist yang ingin saya wujudkan tahun ini. Entah mengapa, keindahan pulau dewata ini seolah tidak ada habisnya untuk dinikmati. Ada beberapa hal yang ingin saya lakukan di Bali. Sebenarnya pengen banget bisa healing bertepatan dengan tanggal ulang tahun saya di bulan Maret hihi.
Nah, buat teman-teman yang pengen juga healing sejenak di Bali, bisa banget ngikutin itinerary yang saya buat di bawah ini.
- Menginap di Artotel Sanur Bali
sumber: Traveloka |
Menginap di hotel seni ARTOTEL Sanur Bali ini jadi pilihan saya untuk istirahat sejenak sembari menunggu tur ke Nusa Penida besok paginya. Di Surabaya, saya pernah menginap di ARTOTEL juga tapi setelah berganti nama menjadi Regantris.
Jujur, saya suka banget nuansa kamarnya yang artsy hihi. Dan saya cukup penasaran dengan ARTOTEL yang di Bali apalagi setelah salah satu teman blogger bercerita pernah menginap di sana.
- Menikmati Tur Seharian di Nusa Penida
sumber: Traveloka |
Dengan menggunakan paket tour yang ada di Traveloka Experience, saya ingin menikmati keindahan Nusa Penida selama satu hari full. Bisa bayangkan betapa serunya bisa mengunjungi Broken Beach, Angels Billabong, dan Pantai Kelingking.
Lalu, siang harinya dilanjut dengan menikmati hidangan khas di Funtasea Resto & Bar. Saya juga bakalan diajakin berenang di Beach Club Maruti dan diakhiri dengan menikmati matahari terbenam selama perjalanan kembali ke Sanur. Wah, nggak kebayang!
- Menginap di Bobocabin Kintamani
sumber: Traveloka |
Setelah puas berjalan-jalan mengelilingi Nusa Penida, saya ingin melanjutkan perjalanan untuk mendaki di Gunung Batur. Eits, tapi karena mendakinya pagi-pagi buta, saya akan menginap terlebih dulu di Bobocabin Kintamani.
Ada yang pernah cobain nginep di sini? Hotel yang satu ini tuh unik banget karena kamarnya berbentuk cottage dengan pemandangan khas Kintamani yang menakjubkan.
- Menikmati Bali dari Gunung Batur
sumber: Traveloka |
Setelah sebelumnya puas melihat air, kegiatan yang ingin saya lakukan setelahnya adalah mendaki gunung. Biar lengkap gitu ceritanya hehe. Gunung yang memiliki ketinggian sekitar 1.700 mdpl ini sangat sayang dilewatkan kalau sudah menginjak pulau dewata.
Sebagai perempuan setengah jompo yang udah lama nggak mendaki, saya akan tenang karena ditemani guide warga lokal yang sudah berpengalaman. Hihi lumayan kan bisa sambil mendengarkan cerita Gunung Batur.
Setelah lelah mendaki, saya akan beristirahat sejenak di Bobocabin sambil menikmati pemandangan hingga waktu checkout. Nggak mau rugi gitu ceritanya hehe.
- Garuda Wisnu Kencana Cultural Park (GWK)
sumber: Traveloka |
Perjalanan selanjutnya adalah menuju Depansar untuk menginap di Renaissance Bali Uluwatu Resort & Spa. Setelah check-in dan meletakkan barang, tujuan berikutnya adalah menuju Garuda Wisnu Kencana (GWK). Di sini saya bakalan berkeliling dan menikmati suguan tarian tradisional seperti tari kecak. Setelah makan malam di GWK, waktunya istirahat di hotel.
- Mengunjungi G Swing dan Up Side Down
sumber: Traveloka |
Keesokan harinya, saya akan mencoba wahana G Swing saya tertarik karena melihat salah satu teman blogger yang pernah bermain ini. Lalu, saya akan mengunjungi Up Side Down karena dekat dengan tempat G Swing.
- Renaissance Bali Uluwatu Resort & Spa
sumber: Traveloka |
Setelah puas mencoba wahana saya akan menikmati fasilitas hotel. Alias seharian ndekem di hotel untuk mengisi ulang tenaga sebelum kembali ke kenyataan hehe. Nggak lupa juga mencoba layanan spa di hotel ini. Kalau udah begini dijamin bakalan fresh lagi.
Dari mendaki gunung sampai bermain air di laut. Atau sekadar seharian berdiam di hotel mencoba berbagai fasilitasnya. Setelahnya semoga saya bisa pulang dengan tubuh dan pikiran yang lebih fresh.
Hidup cuma sekali. Setiap tahunnya adalah kesempatan yang belum tentu bisa kamu dapatkan lagi. Hanya kita yang tahu kemampuan dan batasan diri. Jadi, mau sampai kapan hidup mengikuti cara orang lain? Yuk, #LifeYourWay bareng Traveloka supaya hati lebih bahagia dan hidup dengan makna.
3 comments
Kalo keluargaku ga suka mbaa. Papa itu paling ga mau ngajakin kami jalan2 tiap libur sekolah. sekalinya jalan malah diajakin pulang kampung ke Sibolga 🤣. Buat anak2 ya bosen lah
Baru setelah kenal Ama suami, aku jadi tahu nikmat dan candunya traveling. Apalagi papa mama mertua diplomat dan mereka suka banget kliling datangin banyak negara. Jadilah aku makin cinta Ama traveling.
Bali itu padahal sebelum pandemi aku ga suka blass. Tapi tiap tahun selalu kesana Krn outing kantor pasti milih Bali.
Baru setelah pandemi, destinasi pertama yg aku datangin itu Bali Ama suami. Jadi kayak mau honeymoon ulang hahahaha. Di siu aku baru sadar kalo Bali ternyata asyik juga. Mungkin dulu aku ga suka Krn yg didatangin cuma pantai dan tempat dugem Ama kantor. Sementara pas aku DTG berdua, kami lebih milih daerah atas yg sejuk.
Trvlk andalanku juga biar cari tiket promo. Ini aku lagi pantengin OTA lagi buat cari tiket utk trip THN ini. Semoga dpt harga bagus buat ke Jepang Ama keluarga 😄