“Kayaknya nggak cuma boyok aja nih, mata juga harus dijaga”
Kalau kata orang, bekerja zaman sekarang itu enak. Hanya perlu duduk dan scrolling ponsel sambil rebahan juga bisa dianggap bekerja. Bisa bekerja di mana saja dan kapan saja asal ada ponsel, laptop, dan koneksi internet yang stabil.
Well, emang nggak salah 😅
Tapiiii, bukan berarti bekerja di era digital nggak ada minusnya ya, bestie. Hal pertama yang paling terasa adalah boyok alias tulang punggung yang sering jadi korban. Bukan, bukan karena jadi tulang punggung keluarga, tapi karena kebanyakan duduk di depan layar dan saking asyiknya kerja sampai lupa mengubah posisi duduk.
Apalagi di zaman sekarang, menatap layar nggak hanya dilakukan untuk bekerja, tetapi juga belajar dan menikmati hiburan. Coba sita laptop, tablet, dan ponsel. Bisa apa saya? Gimana saya bisa bekerja? Gimana saya menghabiskan waktu?
Prediksi Manusia di Tahun 3000, Tangan Jadi ‘Cakar Teks’ dan Miliki Kelopak Mata Baru
Bahkan, para ilmuwan perusahaan telekomunikasi di California memprediksi tubuh manusia di tahun 3000an akan berubah menyeramkan.
Dari tangan yang mengepal, postur tulang yang membungkuk, hingga bagian mata pun tak luput dari perubahan akibat paparan radiasi gadget yang berlebihan.
Waktu saya melihat gambar Mindy (sebutan untuk ilustrasi di atas), saya langsung begidik ngeri. Sebagai salah satu manusia digital savvy, saya seringkali merasa boyokan alias sakit punggung akibat terlalu lama duduk. Nggak hanya boyok, mata juga seringkali mengalami berbagai gejala mata kering.
Yah, gimana nggak, dari pagi saya sudah menatap layar untuk bekerja. Scrolling media sosial untuk mencari inspirasi, membuka browser riset untuk artikel, bikin design visual, hingga membuat script semuanya dilakukan di depan layar. Nggak hanya satu atau dua jam, bahkan bisa 5 jam lebih.
Waktu istirahat pun kadang saya gunakan untuk menonton drama atau membaca buku di platform digital karena paperless. Belum lagi kalau ada meeting atau kelas online. Nah, lho semua kegiatan ‘istirahat’ menatap layar juga.
Kalau dihitung-hitung, dalam satu hari screen time secara keseluruhan waktu bekerja dan hiburan bisa mencapai 12 jam bahkan lebih. Padahal menurut Ditjen GTK Kemendikbud Ristek, screen time untuk orang dewasa adalah maksimal 4 jam per hari.
Digital Eye Strain, Keluhan Mata di Era Digital
Dilansir dari laman Klikdokter, memandang layar komputer dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan Computer Vision Syndrome (CVS) atau yang juga dikenal dengan digital eye strain.
Kondisi ini merupakan keadaan mata yang memiliki berbagai keluhan akibat paparan cahaya komputer secara berlebihan. Keluhan yang seringkali dirasakan seperti mata kering, pandangan kabur, mata pegal, nyeri pada bagian kepala hingga bahu.
Nggak bisa dipungkiri, di era teknologi yang semakin canggih membuat kita memiliki screen time lebih lama dari sebelumnya.
Menurut data yang dikeluarkan oleh Electronic Hub di tahun 2023, orang Indonesia menghabiskan waktu aktifnya sebanyak 46% di depan layar (ponsel, komputer, game, dan media sosial) atau selama 7 jam dan 42 menit dalam sehari. Ini menjadikan Indonesia menduduki peringkat ke-12 sebagai negara dengan screen time tertinggi.
Belum lagi para digital savvy yang kerjanya bisa dikatakan nggak memiliki batasan. Nggak heran kalau mata seringkali menjadi korban mengalami berbagai keluhan kesehatan. Rasa-raanya obat tetes mata jadi starter pack wajib yang selalu sedia di dalam tas.
Sayangnya, beberapa orang seringkali nggak sadar kalau sedang mengalami gejala mata kering. Nah, supaya kamu dan saya bisa lebih aware dengan kesehatan mata, yuk, coba kita hindari gejala mata kering berikut ini.
- Mata terasa gatal
- Berpasir
- Nyeri
- Mudah silau
- Penglihatan kabur
- Mata merah dan terasa panas
- Sering mengeluarkan kotoran
- Berair secara berlebihan
- Kesulitan menggerakkan kelopak mata
- Mata cepat lelah
37% Pasien Mata Kering Tidak Bergejala
Beberapa orang biasanya baru sadar mengalami sebuah penyakit waktu merasakan gejala. Adanya gejala ini sangat membantu kita untuk melakukan pencegahan supaya penyakit tidak semakin parah. Mata kering yang nggak segera ditangani dengan baik dapat mengganggu aktivitas.
Tapi, sayangnya nggak semua orang mengalami gejala saat sakit. Termasuk saat mata kering. Menurut data JEC Eye Hospital and Clinics pasien mata kering yang memiliki gejala berjumlah 60 persen. Sedangkan 37 persen lainnya mereka tidak bergejala dan tidak mengetahui kalau mereka sedang mengalami mata kering atau dry eyes. Nah, lho kalau nggak bergejala dan nggak dilakukan pencegahan gimana?
Padahal, mata kering yang tidak segera diatasi dapat lebih berbahaya. Karena telat mengobati dapat menyebabkan iritasi dan memicu terjadinya peradangan atau inflamasi yang berujung pada kerusakan pada permukaan mata.
Berdasarkan data JEC di tahun 2022, pasien JEC yang mengalami dry eyes meningkat sebanyak 62 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Angka ini pun berisiko akan semakin bertambah karena perkembangan teknologi dan semakin meningkatnya angka pekerja digital.
Jaga Kesehatan Mata dengan Hindari Penyebab Mata Kering
Bukan hanya punggung, menjaga kesehatan mata juga sangat penting untuk dilakukan di era serba digital ini. Kalau saja mata bisa ngomong, kayaknya dia bakalan ngambek nggak mau diajak mantengin layar monitor karena sudah terlalu lelah. Duh, jangan capek dulu dong masih banyak yang belum terkcelis nih hehe.
Sebagai digital savvy, saya menyadari betapa pentingnya membatasi screen time dalam bekerja. Sebelum terlambat saya pun menerapkan metode 20-20-20 sesuai anjuran dokter mata untuk mencegah mata lelah.
Metode 20-20-20: bekerja selama 20 menit di depan layar. Setelahnya mengistirahatkan mata selama 20 detik dengan mengalihkan pandangan sejauh 20 kaki atau 6 meter.
Selain mencegah mata lelah dengan metode di atas, ada beberapa hal yang menjadi penyebab mata kering, seperti:
- Kerusakan kelenjar pada kelopak mata atau Meibomian Gland Dysfunction (MGD)
- Penguapan air mata berlebih atau Evaporative Dry Eye (EDE)
- Penurunan produksi air mata atau Aqueous Deficient Dry Eye (ADDE)
- Alergi
- Proses penuaan
- Kehamilan dan perubahan hormonal lainnya
- Inflamasi pada kelopak mata (blefaritis)
- Penggunaan obat-obatan
- Penyakit autoimun seperti Sjogren syndrome, Lupus, dan Rheumatoid Arthritis
- Riwayat bedah refraktif seperti LASIK, SMILE, PRK, dan sebagainya
- Penggunaan lensa kontak
- Penurunan frekuensi berkedip karena terlalu lama menatap layar monitor
- Penyakit neurologis seperti stroke, Bell’s palsy, Parkinson
Insto Dry Eyes Pertolongan Pertama Pada Mata Kering
Sebagai milenial yang banyak menghabiskan waktu bekerja, berkarya, dan mencari hiburan di depan layar gadget, mau nggak mau saya tetap harus bisa menjaga kesehatan mata semaksimal mungkin.
Terlebih kalau load pekerjaan sedang banyak-banyaknya, rasanya nggak mungkin menatap layar hanya selama 4 jam sesuai yang dianjurkan. Risiko mengalami mata kering jadi sulit untuk dihindari.
Saya pun mengantisipasinya dengan menerapkan metode 20-20-20, mengistirahatkan mata di sela-sela bekerja, membaca buku fisik, berjalan sejenak, dan selalu siap sedia si kecil penyelamat mata kering, yaitu obat tetes mata Insto Dry Eyes.
Sebagai pertolongan pertama pada mata kering, menggunakan Insto Dry Eyes saat mata lelah bekerja di depan layar terasa menyegarkan. Mata yang panas jadi lebih adem dan rileks. Ukurannya yang mini hanya 7,5ml membuat saya mudah menyelipkannya di saku dan bisa langsung menggunakannya saat dibbutuhkan.
Dibalik sensasi dinginnya, Insto Dry Eyes memiliki kandungan bahan aktif sebagai air mata buatan yang dapat digunakan untuk memberikan efek pelumas seperti air mata pada mata kering. Meneteskan #InstoDryEyes juga membantu meringankan iritasi mata yang disebabkan oleh kekurangan produksi air mata.
Meneteskan Insto Dry Eyes dapat menjadi solusi untuk mencegah mata kering, mata lelah, mata pegal, dan mata sepet. Lebih baik mencegah kan daripada mengobati?
Duh, jangan sampai deh kita mengorbankan kesehatan mata karena terlalu larut saat bekerja. Bukan hanya buku, mata juga adalah jendela dunia yang membuat kita bisa menikmati hidup melalui keindahan alam.
Nggak hanya bisa digunakan mata lelah akibat paparan radiasi layar, saya juga bisa membawanya saat bersepeda. Maklum, seringkali saya kelilipan karena Surabaya yang berpolusi.
Yuk, jaga kesehatan mata dan siap sedia Insto Dry Eyes #SolusiMataKering pilihan digital savvy~
***
Referensi:
- https://mediaindonesia.com/weekend/535702/begini-bentuk-tubuh-manusia-di-tahun-3000-menurut-prediksi-ilmuwan
- https://www.kompas.com/edu/read/2023/07/12/131140771/ini-batas-waktu-screen-time-usia-0-tahun-sampai-dewasa
- https://www.klikdokter.com/info-sehat/mata/berapa-lama-mata-boleh-memandang-layar-komputer
- https://www.detik.com/jabar/berita/d-6692717/indonesia-peringkat-keenam-pecandu-layar-hp-bangga-atau-miris
- https://www.halodoc.com/kesehatan/mata-keringhttps://jec.co.id/id/article/mata-kering-yang-tak-tertangani-dapat-akibatkan-kerusakan-permukaan-mata
- https://insto.co.id/produk/insto-dry-eyes
27 comments
Makanya sekarang mesti sedia Insto Dry Eyes sih untuk jaga-jaga aja supaya drama mata kering nggak terulang lagi di kemudian hari. Beneran deh, enggak enak banget kalo sudah kena sakit mata.
Very nice article. Super duper keren pisan. Ajib banget deh artikelnya. Semoga kita semua selalu diberikan keberkahan dan kesehatan serta rezeki yang melimpah ruah, aaamiiin.....
Huhuhu. tapi aku sendiri sekarang merasa sih.. kalau badan gak tegak karena kebanyakan duduk di meja dan mandangin layar laptop.
Kudu diantisipasi dengan hidup sehat serta sedia Insto Dry Eyes, yang bisa cegah mata kering bagi digital savvy.
Bisa dibilang aku juga hampir seharian menatap layar komputer, di kantor dan dirumah. Dan inilah pentingnya menjaga pola makan juga ya, biar mata makin sehat
Tapi ya kalau sedang deadline tidak bisa dihindari juga sih berlama-lama di depan laptop. Alhasil mata jadi kering Dan mudah capek. Makanya harus banget ada Insto di meja buat pertolongan pertama pada mata kering.
Memang bekerja sesuai passion tuh yang paling bikin hati gembira. Tapi jangan lupa untuk tetap memerhatikan kesehatan mata.