Jalan dan Makan: Ke Kota Lama Surabaya

Sudah lama tidak….Jalan dan Makan wkwk.

Sebelum aku keseleo, aku dan temenku lumayan rutin untuk ‘Jalan dan Makan’ di Minggu pagi. Menikmati Surabaya di Minggu pagi dengan berolahraga itu asli enak banget guys. Meski siangnya banyak polusi dan macet, tapi vibes Minggu pagi di Surabaya juga bisa menyenangkan kok.

‘Jalan dan Makan’ ini istilah yang aku buat untuk kegiatan jalan kaki mengelilingi suatu daerah dengan tujuan berolahraga yang diakhiri kegiatan kami melipir untuk makan wkwk. Biar balance gitu antara bakar kalori dan menambah kalori.

Awalnya Mau Ke Lapangan Thor

Hari Minggu kemarin mbak Maya ngajakin untuk ke Thor malam sebelumnya. Begitu aku sampai di Lapangan Thor TKP aku keseleo, eh ternyata lapangannya ditutup karena sedang disewa.

Lapangan Thor ini untungnya berseberangan dengan Lapangan Bogowonto. Akhirnya aku dan mbak Maya jalan ke Lapangan Bogowonto. Begitu mau masuk parkiran, kita dicegat petugas berseragam.

Dan Lapangan Bogowonto juga sedang disewa. Alamak!

Di depan pintu masuk, aku dan mbak Maya cari alternatif tempat yang bisa untuk kami olahraga. Bingung juga ya ternyata di Surabaya belom banyak tempat untuk olahraga. Atau akunya aja yang nggak tahu?

Akhirnya setelah kami diskusi, kami memutuskan untuk jalan kaki di sekitaran Jalan Tunjungan aja. Tempat paling familiar buatku wkwk.

Parkir di Alun-Alun Surabaya Dulu

Kami langsung menuju Alun-Alun Surabaya untuk parkir motor. Kami bawa motor masing-masing dan aku sempat salah ambil jalan gegara ngelamun wkwk. Untung mbak Maya nggak nyasar.

Setelah parkir di basement, kami jalan kaki ke arah SMAN 6 Surabaya, trus menyeberang JPO untuk ke depan Mall Tunjungan Plaza. Rencananya start di depan mall ini trus muter di Siola.

Tapiiiii…

Aku langsung kangen banget naik bus waktu lihat bus di halte depan KFC. Akhirnya aku ngide ke mbak Maya untuk kita naik bus trus turun Siola. Ntar baru dari Siola kita jalan kaki balik ke Alun-Alun Surabaya.

Berhubung ternyata mbak Maya nggak pernah naik Suroboyo Bus, kita akhirnya cus.

Btw, aku sering banget ngeracuinin temen-temen untuk naik bus. Karena ternyata banyak banget orang yang belom pernah naik Suroboyo Bus. Agak miris emang. Mungkin karena bayangin transportasi umum di Surabaya sendiri masih belum aman dan nyaman kali ya.

Padahal bus ini udah ada sejak 2018 dan udah sangat nyaman. Pake AC, bersih, dan cashless. Dulu sistemnya masih pakai botol plastik dan nggak menerima pembayaran di luar itu. Sampai sekitar tahun 2021 mulai menerapkan pembayaran cashless Rp5.000 untuk umum dan Rp2.500 untuk pelajar.

Naik Bus Melipir Ke Kota Lama

Rencana awalnya kita mau naik bus dan turun di Siola. Trus, aku baru ngeh kalau ngelewatin Jalan Rajawali dan aku belom ke Kota Lama wkwkw. Jadilah, aku ngide ke mbak Maya kalau kita turun di Kota Lama aja.

Untungnya mbak Maya ngeiyain ajakanku hehe. Thanks to mbak Maya yang sangat sabar dengan kerandomanku di pagi hari.

Oh ya,

Naik busnya aku bayar 5ribu per orang pakai QRIS BCA. Fyi, cara naik Surobo Bus ini agak beda dengan bus di Jakarta atau Trans Semanggi Surabaya. Untuk naik bus ini, semua rute dan posisi bus bisa ditrack di aplikasi Go Bis (android) dan TransJatim (iOS).

Setelah naik, kita bisa langsung duduk. Nantinya ada kondektur yang bakalan menghampiri kita untuk bayar. Bisa QR atau emoney. Memang agak beda sama Trans Semanggi yang kudu tap emoney dulu waktu naik baru duduk.

Back to topic.

Bus yang kami naiki ini rutenya Purabaya (Terminal Bungurasih) - Perak (North Quay). Kami turun di Halte Rajawali dan jalan kaki sampai Kota Lama. Di Kota Lama kita foto-foto bentar.

Sejujurnya aku agak bingung sama Kota Lama ini. Sebenernya bagus tapi….tanggung. Menurutku kayak kurang banyak spot buat wisatawan. Entah itu spot foto, tempat duduk, atau jual makanan/minuman. Konsepnya kayak Kota Lama di Semarang, tapi yang di Surabaya ini versi mininya wkwk.

Karena emang nggak banyak yang bisa dieksplor, jadilah kami menyebrang dan cobain masuk ke gang-gang. Waktu kami di Alun-Alun Surabaya, kita ketemu rombongan ibu-ibu baju ungu. Yang sebelumnya aku kira rombongan anak sekolahan wkwk.

Nah, waktu di Kota Lama depan JMP, kami ketemu rombongan ibu-ibu itu lagi. Truuus, waktu jalan ke gang kami ketemu lagiii wkwk. Tahu gitu kan kita nebeng bus mereka aja yak.

cobain masuk gang

Di gang ini ada penjual sirup lokal dan ada warung-warung kecil. Nggak banyak sih, ada beberapa. Waktu kami jalan sampai ujung, kami belok kanan dan nemu ada semacam food court gitu, namanya Halaman Kota. Konsepnya outdoor. Banyak jual makanan dan ada photobox juga. Lha, kalau nyempil gini orang-orang pada tahu nggak ya?

Waktu kami ke sana sekitar jam 8an kalau nggak salah. Dan itu sudah ada beberapa yang buka. Tapi, sayang banget sepi. Cuma ada beberapa orang yang lagi foto prewed. Kalau mereka buka tiap hari dari pagi itu, trus di lokasi yang nyempil, apa nggak rugi ya?

Dari gang, kami jalan lagi ke arah Polrestabes. Karena temenku udah agak capek, akhirnya kami memutuskan naik bus. Karena masih belom 2 jam dari kita pertama naik bus, karcisnya masih bisa dipakai. Jadi nggak perlu bayar lagi wkwk.

Nggak Jadi Turun di Siola

Waktu di bus, aku tanya ke mbak Maya, “Mau turun di Siola terus jalan sampai Alun-Alun, atau langsung turun Alun-Alun aja?”

Yang dijawab dengan tegas, “Langsung Alun-Alun aja, De. Pegel udahan”. Karena udah panas juga. Kami termasuk kesiangan jalannya.

Wkwkwk. Satu hal yang aku selalu pastiin ke rekan ‘Jalan dan Makan’-ku adalah, udah capek atau masih kuat jalan? Dari awal pun aku udah bilang,

“Kalau udah nggak kuat bilang ya jangan sungkanan. Kalau kamu sungkan, aku bisa lupa diri wkwk.”

Bus merah ini berhenti di Halte Gubernur Suryo. Kami turun dan jalan beberapa langkah ke Alun-Alun. Waktu kami sampai, kebetulan banget ada bazar. Yakali nggak jajan wkwk.

Karena masih pagi, kami cuma beli jamur crispy (20ribu), baby crab crispy 20ribu (ini baru pertama kali aku coba), dan dimsum mentai ala ala (15ribu).

Kalau ditanya rasanya, semuanya b aja wkwk. Maafkeun aku. Tapi jajanan crispy-crispyannya nggak krispi. Mungkin karena nggak fresh from wajan. Kayaknya udah digoreng lama dari pagi biar cepet aja ngelayanan pelanggannya. Dimsumnya lumayan sih. Tapi pedes bangeeeet karna dikasih chilli oil. Padahal aku udah minta dikit aja.

Kami pun cari spot selonjoran di area teras Balai Pemuda. Sambil makan, sambil selonjoran, tentunya sambil cerita-cerita wkwk. Dua perempuan dewasa (cailah) single kalau ketemu, apalagi coba yang diomongin.

Obrolan yang diawali dengan, “Hidup kita tuh kudu ngapain ya?” nggak terasa berlangsung selama 1 jam.